(: Welcome to Official Iladiena Zulfa Blog :)

0

Hubungan Propaganda Internasional dengan Diplomasi Budaya

Posted by zulfailadiena.blogspot.com on 21.32 in , , , ,

           Jika dilihat secara sekilas, propaganda dan diplomasi memiliki tujuan yang  sama, yaitu sama-sama untuk memengaruhi pemikiran individu atau suatu masyarakat. Dalam kajian Sistem Komunikasi Internasional, propaganda lebih ditujukan untuk menanamkam gagasan ke dalam benak masyarakat negara lain dan dipacu demikian kuat agar mempengaruhi pemikiran, perasaan serta tindakan[1].
Diplomasi budaya menurut K.M. Panikkar adalah usaha suatu Negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga, dan kesenian, ataupun secara makro sesuai dengan ciri-ciri khas yang utama, misalnya propaganda dan lain-lain, yang dalam pengertian konvensional dapat dianggap sebagai bukan politik, ekonomi, ataupun militer.[2]
            Diplomasi budaya dalam hal ini juga bermaksud untuk menyebarkan budaya suatu masyarakat Negara tertentu ke Negara lain. Artinya, diplomasi budaya bernilai positif karena dapat mengangkat citra suatu negara di kalangan masyarakat. Misalnya, diplomasi budaya Indonesia melalui batik. Nama Indonesia menjadi besar di kancah Internasional karena terkenalnya batik Indonesia. Sebagai warisan budaya, tentunya batik patut untuk dilestarikan oleh seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah merupakan aktor terpenting untuk melakukan diplomasi.
            Contohnya, pemerintah memperkenalkan batik di Polandia. Pemerintah Indonesia telah mendirikan pusat budaya Indonesia di Polandia pada tahun 2009. Diplomasi dilakukan melalui kegiatan eksibisi atau pameran kebudayaan yang diselenggarakan oleh KBRI Polandia yang bekerjasama dengan lembaga atau yayasan ataupun pengrajin batik lainnya. Para pebisnis dalam hal ini sangat penting memperkenalkan batik ke dunia internasional. Selain menjadi warisan budaya, batik juga merupakan suatu komoditas ekonomi yang diperdagangkan. Menggunakan batik sebagai sarana diplomasi budaya dapat menjembatani Indonesia dengan negara-negara lain untuk membangun kesepahaman bersama melalui  obyek budaya tersebut, karena dengan mempromosikan batik ke dunia internasional akan tercipta proses pertukaran budaya yang juga dianggap sebagai simbol persahabatan. Dengan begitu, hubungan diplomatik yang lebih erat juga akan tercipta[3].
            Jika ada batik yang digunakan sebagai sarana diplomasi budaya oleh pemerintah Indonesia, begitu pula dengan negara-negara lainnya. Di Jepang misalnya, terdapat diplomasi budaya melalui tokoh-tokoh kartun Jepang atau anime, yang dilakukan oleh pemerintah Jepang di Indonesia. Hal ini terbukti dari banyaknya Festival Jepang, pameran produk fashion dan kuliner Jepang, yang kerap dijumpai di beberapa wilayah di Indonesia. Bahkan, beberapa komunitas pecinta anime atau Otaku menjamur di kota-kota besar di Indonesia.
            Banyak contoh yang terlihat di Negara Indonesia ini, tidak hanya dari Jepang, tetapi juga adanya diplomasi budaya Korea, China, Amerika Serikat dan lain sebagainya. Tentunya, dengan bentuk yang beragam, serta membuat masyarakat Indonesia meniru dan mengikuti perilaku budaya tertentu. Hal inilah yang akan dikaitkan dengan propaganda Internasional.
            Propaganda merupakan teknik untuk memengaruhi kegiatan manusia dengan memanipulasikan representasinya. Propaganda bersifat doktrin dan memaksa. Artinya, konotasi dari propaganda sendiri bersifat negatif. Dalam kaitannya dengan diplomasi budaya, bentuk propaganda kerap tidak terlihat. Alih-alih beralasan atau didasari dengan penyebaran budaya, di sini lah propaganda terjadi.
            Misalnya, di balik masuknya budaya Jepang ke Indonesia membuat masyarakat Indonesia seringkali mengagung-agungkan budaya negeri matahari terbit tersebut. Hal ini terlihat dari banyaknya anak muda atau remaja yang enggan mempelajari dan melestarikan budaya tanah air. Bebasnya arus informasi yang keluar masuk melintasi batas negara membuat remaja Indonesia bangga jika melakukan kegiatan yang menjadi budaya bangsa lain. Sebaliknya, mereka akan merasa kecil dan atau dikucilkan jika berusaha melestarikan budaya bangsa sendiri. Tentu saja hal ini dikarenakan faktor lingkungan, dengan pengaruh media massa yang sangat kuat. Di sinilah propaganda terjadi.
            Dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, seluruh masyarakat di belahan dunia bisa mengetahui kehidupan di Negara lain dengan mengakses melalui internet. Ditambah dengan tayangan televisi berupa film, iklan, dan program serial asing yang membuat masyarakat lokal mengadaptasi budaya asing. 
            Propaganda Internasional berarti melintasi batas negara. Dalam kaitannya dengan diplomasi budaya, propaganda yang bersifat negatif tadi bermaksud memaksa masyarakat lokal agar mengadaptasi budaya bangsa asing. Dengan demikian, budaya lokal perlahan akan pudar.
             



[1] Anonim. Komunikasi Internasional Mofa Mesti Hapal. 2016.  http://www.erepublik.com/id/article/komunikasi-internasional-mofa-mesti-hapal--2004858/1/20 diakses pada Selasa, 14/6/2016 pukul 19.20 WIB.
[2] KM. Panikkar. 1993. The Principle and Practise of Diplomacy dalam Dipomasi Terjemahan Harmanto dan Mirsawati. Jakarta: P.T. Raja Grafindo

[3] Suchie Lesthariy. Diplomasi Budaya Melalui Batik dengan Mendirikan Pusat Budaya. https://www.academia.edu/5604114/DIPLOMASI_BUDAYA_INDONESIA_MELALUI_BATIK_DENGAN_MENDIRIKAN_PUSAT_BUDAYA


|

0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 ILADIENA ZULFA All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.