(: Welcome to Official Iladiena Zulfa Blog :)

1

Filsafat dan Perkembangan Ilmu Komunikasi

Posted by zulfailadiena.blogspot.com on 07.06 in ,
Makalah ini diselesaikan untuk memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Etika dan Filsafat Komunikasi

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf



Oleh:
Iladiena Zulfa        (1113051000117)
Oktavia Rahmawati     (1113051000215)
Riki Iswanto             (1113051000183)

Jurnalistik 3B


Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun Akademik 2014-2015


BAB I   
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Membahas mengenai filsafat yang merupakan akar dari ilmu tentu akan muncul berbagai macam teori. Mulai dari zaman weda di India sampai zaman modern ini, filsafat melalui berbagai perkembangan yang sangat banyak. Membahas mengenai filsafat juga menitikberatkan pada persoalan untuk menemukan kebenaran yang sejati.
Kebenaran merupakan sesuatu yang pasti ingin diketahui manusia. Namun kini manusia tidak hanya ingin sekedar mengetahui saja, melainkan juga menafsir dan mempertimbangkan arti dari sesuatu yang diangggap benar itu.
Tentu rumit ketika pembahasan mengenai filsafat dikaitkan dengan berbagai macam ilmu yang berkembang di dunia ini. Karenanya tidak ada satu rumpun ilmu pun yang tidak bersumber dari filsafat. Jika tidak ada filsafat, tidak aka nada banyak ilmu yang sampai sekarang dapat dirasakan dalam kehidupan manusia.
Bicara mengenai ilmu komunikasi, karena filsafat menjadi dasar dari ilmu, salah satu ilmu yang berkembang dari filsafat adalah komunikasi. Dimana komunikasi menjadi sesuatu yang tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia. Pasalnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Karena hal itu dibutuhkanlah komunikasi yang memudahkan manusia dalam menjalankan kehidupan.
Dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana perkembangan komunikasi hingga menjadi disiplin ilmu, bahkan sampai menjadi sesuatu yang berhubungan erat dengan filsafat.

B.    Rumusan Masalah
1.    Apa itu filsafat?
2.    Apa itu komunikasi? 
3.    Bagaimana berkembangnya komunikasi?
4.    Bagaimana hubungan filsafat dan perkembangan ilmu komunikasi?

C.    Tujuan Penulisan
1.    Mengetahui bagaimana perkembangan komunikasi hingga saat ini.
2.    Mengetahui bagaimana hubungan komunikasi dan filsafat.
3.    Mewujudkan komunikasi yang baik dalam bermasyarakat.
4.    Meningkatkan rasa ingin tahu terhadap apa yang menjadi dasar ilmu.

D.    Metode Penelitian
Pada pembuatan makalah ini, metode yang kami gunakan dalam mengumpulkan data adalah melalui buku Etika dan Filsafat Komunikasi karangan Muhammad Mufid, dan mengambil melalui internet.

E.    Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bagian ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II. PEMBAHASAN
Berisi mengenai pembahasan mengenai filsafat dan perkembangan ilmu komunikasi.
BAB III. PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
Berisi tentang sumber penulisan makalah


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kodrat Filsafat
Ada keyakinan mendasar bahwa filsafat bertitik tolak pada pengalaman. Manusia yang berfilsafat berada dalam satu konteks pengalaman tertentu.
Untuk memberi makna kehidupan dalam filsafat, diandaikan bahwa manusia memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang apa yang akan menjadi bahan refleksinya. Filsafat selalu memulai dengan bentuk pengetahuan tertentu, dari suatu bidang pengalaman tertentu.
Dari sejarah filsafat sendiri, filsuf selalu mulai dengan apa yang dianggap sebagai pengetahuan, sistem ide, keyakinan, dan hidup dalam tradisi masyarakat waktu itu.
Berbagai bentuk pengetahuan dan bidang pengalaman yang tersedia bagi refleksi filsafat, perlu dipilih, diseleksi dan dianalisa. Setelahnya, filsafat mengatur dan menginterpretasikan ide-ide, keyakinan, serta nilai sehingga terbentuk suatu sistem pemikiran yang mampu memberi arah pada kehidupan manusia.
Istilah dan konsep filsafat merupakan ciptaan Yunani kuno (abad ke 4 SM). Dilihat dari sejarah pemakaian istilah filsafat menunjukan karakter yang khas. Filsafat adalah usaha revolusioner untuk menggantikan sistem penjelasan mitologis dengan sistem penjelasan yang rasional. Sekumpulan tokoh-tokoh filsafat seperti Thales, Anaximenes, Anaximandros adalah tonggak-tonggak penting dalam sejarah pemikiran rasional. Filsuf awal mempraktikan  filsafat sebagai penjelasan rasional terhadap persoalan-persoalan yang mereka temukan dalam pengalaman sehari-hari. Pertanyaan dan jawaban rasional merupakan langkah awal pada proses pada proses permulaan penelitian dan pengamatan, redefinisi  mitos-mitos yang irasional dan pembiasaan untuk memulai penjelasan dengan bukti-bukti yang empirik dan masuk akal.

B.    Relasi Filsafat dan Ilmu
Dari uraian di atas sudah dijelaskan bahwa yang dicari oleh filsafat adalah kebenaran. Demikian pula ilmu. Agama juga mengajarkan kebenaran.
Kebenaran dalam filsafat dan ilmu adalah “kebenaran akal”, sedangkan kebenaran menurut agama adalah “kebenaran wahyu”. Dengan demikian, maka sejatinya tanpa agama manusia sudah dapat menemukan kebenaran, dan bahkan sudah mampu menentukan adanya “Tuhan”, yakni sesuatu di luar manusia yang bisa menentukan baik buruknya kehidupan manusia.
Filsafat dan ilmu dapat mempunyai hubungan yang erat dengan agama. Filsafat dan ilmu dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama kepada manusia. Filsafat membantu agama dalam menginterpretasikan teks-teks sucinya. Filsafat membantu dalam memastikan arti objektif tulisan wahyu. Filsafat menyediakan metode-metode pemikiran untuk teologi.
Sebaliknya, agama dapat membantu memberi jawaban terhadap problem yang tidak dapat dijangkau oleh filsafat. Meskipun demikian, tidak juga berarti bahwa agama adalah di luar rasio, agama adalah tidak rasional. Agama bahkan mendorong agar manusia memiliki sikap hidup yang rasional; bagaimana manusia menjadi manusia yang dinamis, yang senantiasa bergerak, yang tak cepat puas dengan perolehan yang sudah ada di tangannya, untuk lebih mengerti kebenaran dan untuk lebih mencintai  kebaikan.

C.    Filsafat dan Perkembangan Ilmu Komunikasi
Semua makhluk hidup pada dasarnya berkomunikasi. Jangankan manusia yang diberkahi akal dan budi, binatang saja pada dasarnya melakukan komunikasi dengan sesamanya. Komunikasi sebagai praktik sudah ada seiring dengan diciptakannya manusia, dan manusia menggunakan komunikasi dalam rangka melakukan aktivitas sosialnya. Karenanya manusia tidak mungkin tidak berkomunikasi.
Secara etimologi, kata “komunikasi” berasal dari bahasa inggris “communication” yang mempunyai akar dari bahasa latin “communicare” (Weekley, 1967:338). Kata “communicare” sendiri memiliki tiga kemungkinan arti, yaitu:
1.    “to make common”, atau membuat sesuatu menjadi umum.
2.    “cum + munnus”, berarti saling memberi sesuatu sebagai hadiah.
3.    “cum + munire”, yaitu membangun pertahanan bersama.
Sedangkan secara epistimologis, terdapaat ratusan uraian eksplisit (nyata) dan implisit (tersembunyi) untuk menggambarkan definisi komunikasi. Diantara ratusan definisi tersebut, diantaranya yaitu (lihat antara Ruben, 1992: 11; R.Loose, 1999: 1; dan DeVito, 1986: 5):
1.    Komunikasi adalah informasi yang disampaikan dari suatu tempat ke tempat lain.
2.    Komunikasi meliputi semua prosedur di mana pikiran seseorang mempengaruhi orang lain.
3.    Pemindahan informasi, ide-ide, emosi, keterampilan, dan lain-lain dengan menggunakan simbol seperti kata, foto-foto, figur-figur, dan grafik.
4.    Memberi, meyakinkan atau bertukar ide-ide, pengetahuan, atau informasi baik melalui ucapan, tulisan, atau tanda-tanda.
5.    Komunikasi adalah proses pertukaran informasi yang biasanya melalui sistem simbol yang berlaku umum.

Sedangkan komunikasi sebagai disiplin ilmu baru berkembang pada abad ke-15 (Muhammad Mufid: 2005). Berikut pembahasan mengenai sejarah perkembangan disiplin ilmu komunikasi.
1.    Masa Awal Pembentukan Disiplin Komunikasi
Sepanjang terkam dalam literature, teoritisasi komunikasi dimulai sejak masa Yunani Kuno. Ketika itu Corax mengajarkan teori berbicara di depan pengadilan yang kemudian dianggap sebagai cikal bakal keterampilan persuasi. Salah satu murid Corax yang terkenal adalah Tisias, yang kemudian mengambil istilah rhetoric sebagai nama bagi keterampilan tersebut.
Era Tisias kemudian digantikan oleh Aristoteles (385-322 SM) dan gurunya Plato (427-347 SM). Kedua orang tersebut merupakan figur penting dalam mengembangkan disiplin komunikasi. Aristoteles (dalam Ruben, 2002: 21) mengatakan bahwa, komunikasi adalah alat dimana warga masyarakat dapat berpartisipasi dalam demokrasi.
Perkembangan komunikasi lalu dilanjutkan oleh Cicero (106-43 SM) dan Quintilian (35-95 M). Cicero melihat komunikasi dalam dua ranah; praktis dan akademis. Karya kedua tokoh ini lalu memberikan inspirasi bagi pembentukan disiplin ilmu komunikasi yang lebih matang pada era revolusi industry Inggris dan revolusi kebudayaan Perancis.
Memasuki abad ke-18, komunikasi diasuh oleh sastrawan, dan sudah mengenal dasar-dasar komunikasi seperti gaya bicara, artikulasi, dan sikap tubuh. Pada akhir abad ke-19, di banyak perguruan tinggi department rhetoric and speech berada di bawah fakultas sastra.  Adapun disiplin lain yang turut membentuk studi komunikasi yaitu jurnalisme.
2.    Periode 1900-1930
    Periode ini disebut juga ‘masa perkembangan speech and journalism’, yakni masa berkembang disiplin komunikasi yang ditandai dengan berdirinya organisasi dan jurnal komunikasi. Mulai dari organisasi pertama di Amerika Serikat; The Eastern State Speech Association (sekarang The Eastern Communication Association), sampai perkembangan teknologi radio (1920-an) dan televise (1940-an).
3.    Periode 1930-1950
    Periode ini bisa disebut sebagai masa ‘persilangan komunikasi dengan disiplin ilmu lain’. Sejak awal, disiplin ilmu komunikasi tidak terlepas dengan disiplin ilmu lain seperti filsafat dan teknologi. Namun, persilangan yang terjadi pada era ini adalah persilangan komunikasi dengan disiplin ilmu sosial dan psikologi.
    Akhir tahun 1950 muncul sejumlah tulisan penting. Tulisan ini tidak saja semakin membentuk komunikasi sebagai disiplin ilmu, tapi juga meletakkan kerangka berpikir sebagai pijakan mengembangkan ilmu komunikasi.
    Pada awal 1948, Lasswell memperkenalkan pola komunikasi yang mengatakan bahwa proses komunikasi meliputi “who says what to whom in what channel with what effect”, atau “siapa berkata apa kepada siapa dengan menggunakan saluran apa serta menimbulkan pengaruh apa”.
    Teori Lasswell berfokus pada komunikasi verbal satu arah dan mendefinisikan medium pesan dalam arti yang lebih luas yakni media massa. Selain itu, Lasswell juga mendefinisikan tujuan komunikasi sebagai penciptaan pengaruh dari pesan yang disampaikan. 
    Setahun kemudian, muncullah gagasan Shannon-Weaver yang menggambarkan pentingnya perluasan komunikasi, dari praktik bercakap, menulis atau melalui media massa. Menurut Shannon-Weaver, komunikasi juga meliputi aktivitas lain seperti bermusik, bermain balet, atau pentas teater.
    Walaupun pola komunikasi Shannon-Weaver memilikii kesamaan dengan Lasswell dalam hal perspektif yang digunakan yaitu pola komunikasi verbal yang searah, namun teori Shannon-Weaver menjelaskan komunikasi secara lebih rinci.
    Perkembangan komunikasi kemudian dilanjutkan oleh Alwi Dahlan (pakar komunikasi Universitas Indonesia) yang mengembangkan teori Wilbur Schramm. Pada teori ini menekankan komunikasi sebagai proses yang memiliki tujuan untuk membangun kesamaan antara sumber dan penerima pesan. Jadi, ketika seseorang ingin berkomunikasi, maka ia harus menerjemahkan pikiran dan perasaan yang akan disampaikan ke penerima dalam bentuk yang dapat ditransmisikan.
    Selanjutnya komunikasi berkembang sesuai payung teorinya yang dibagi menjadi empat golongan besar, yakni:
-    Discourse of Representative
    Aliran ini menekankan pada keterwakilan, yakni teori komunikasi yang dikembangkan secara kuantitatif, yang diwakili oleh rumusan X  Y (factor x mempengaruhi factor y), seperti teori pengaruh kekerasan terhadap perilaku agresivitas anak SD.
-    Discourse of Understanding
    Aliran ini menekankan pada pemahaman. Yakni untuk memahami objek, kita harus melakukan interaksi dengan yang diteliti. Tidak seperti aliran pertama, aliran kedua justru memperbolehkan adanya interaksi peneliti dan yang diteliti. Seperti ketika meneliti pola komunikasi dalam suatu kebudayaan tertentu, maka penelitian terbaik adalah dengan cara berinteraksi dengan kebudayaan tertentu.

-    Discourse of Suspicion
    Aliran ini disebut juga aliran kritis, yakni berusaha mendobrak struktur komunikasi dan struktur sosial yang mempengaruhi pola komunikasi suatu masyarakat. Sifat kritis pada aliran ini berasal dari adopsi pemikiran Karl Marx yang kemudian dimodifikasi. Pada dasarnya aliran ini mendobrak struksur sosial dan politik yang dikuasai oleh penguasa dan pemilik modal, sehingga lebih berorientasi pada masyarakat luas.
-    Discourse of Vulnerability
    Aliran ini disebut juga aliran postmodernism, yakni aliran yang menolak keberadaan struktur sosial. Menurut aliran ini yang ada adalah perubahan minat dan ide. Karenanya pola komunikasi pun harus dibebaskan dari struktur yang melingkupinya.  

    Seiring dengan perkembangan zaman, teori komunikasi hingga kini terus berkembang. Sttraubhaar (2003: xiii), seorang teoritis komunikasi dari University of Texas, AS, mengatakan komunikasi kekinian adalah komunikasi yang termediasi oleh teknologi dalam berbagai bentuk jenis media baru. Media baru tersebut sejatinya adalah media massa yang mengalami perubahan konsep secara cepat seiring dengan percepatan teknologi komputer, internet, dan telekomunikasi digital.
    Proses perkembangan komunikasi pada periode ini secara umum mengikuti pola perubahan:
1.    Perubahan sudut pandang komunikasi, dari yang menitikberatkan padap pesan dan sumber bergeser pada penerima dan makna pesan.
2.    Dari satu arah menjadi bolak-balik bahkan berputar (circular).
3.    Dari statis menjadi process-oriented (berorientasi pada proses).
4.    Dari yang menekankan pada pengiriman informasi berubah menjadi menekankan pada interpretasi.
5.    Dari yang menekankan pada public speaking menjadi komunikasi yang menekankan pada konteks individu, hubungan, organisasi, media, dan masyarakat.

Senada dengan hal tersebut, Littlejohn (2002: 12-13) mengidentifikasikan lima kelompok teori komunikasi yang kini tengah berkembang dalam diskursus ilmu komunikasi:
1.    Structural and functional theories: yakni komunikasi yang dikembangkan dari ilmu sosial. Teori ini melihat struktur sosial sebagai sesuatu yang nyata sekaligus dapat diukur. Sebagai contoh, teori ini mengatakan bahwa hubungan personal tersusun sedemikian rupa sebagaimana material bangunan membentuk rumah, melalui pengorganisasian bahasa dan sistem sosial.
2.    Cognitive and behavioral theories; merupakan teori yang dikembangkan dari psikologi, yakni berfokus pada hubungan cara berpikir dengan tingkah laku individu.
3.    Interactionist theories: teori yang melihat kehihdupan sosial sebagai proses interaksi. Komunikasi dalam hal ini merupakan wahana belajar bagaimana bersikap dan bagaimana memaknai. Teori ini juga bisa digunakan untuk menjelaskan pola ritual yang dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu.
4.    Interpretative theories; teori ini menjelaskan arti dari suatu tindakan atau teks dalam kalimatnya dengan pengalaman individu.
5.    Critical theories; teori ini berupaya menelisik kepentingan public dalam struktur komunikasi yang ada. Teori ini biasanya berfokus pada situasi yang timpang (inequal) dan menindas (oppression).    

Dari pemaparan tersebut jelas terlihat bahwa bagaimanapun kelahiran dan perkembangan komunikasi sebagai suatu disiplin tidak terlepas dari filsafat.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
    Dari beberapa wacana dan penjelasan yang tertera, dapat kita simpulkan bahwa, imu komunikasi adalah salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan filsafat. Filsafat ini menjadi dasar dari adanya ilmu komunikasi. Dengan adanya ilmu komunikasi ini, penjelasan mengenai filsafat dapat ditafsirkan dari berbagai aspek. Hal ini disebabkan karena komunikasi adalah ilmu mengenai hubungan antara manusia dan manusia lainnya.
    Filsafat dalam ilmu komunikasi ini mengisyaratkan mengenai kebenaran sejati yang mesti ditemukan dalam ilmu komunikasi. Ilmu komunikasi lahir karena para ahli terdahulu yang meneliti mengenai kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Baik dalam menyampaikan pesan ataupun bagaimana caranya.

B.    Saran
-    Tafsirkan dengan baik komunikasi yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
-    Pikirkan bagaimana tindakan yang harus dilakukan ketika berkomunikasi.
-    Hadirkan filsafat (menemukan kebenaran) ketika menafsirkan pesan.



DAFTAR PUSTAKA

Mufid, Muhammad. (2010). Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


|

Copyright © 2009 ILADIENA ZULFA All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.