(: Welcome to Official Iladiena Zulfa Blog :)

0

Studi Observasi Lapangan 2011

Posted by zulfailadiena.blogspot.com on 03.32

a.    Persiapan Keberangkatan
            Kondisi fisik dan mental yang baik adalah bagian penting yang harus diperhatikan untuk persiapan Studi Observasi Lapangan (SOL) ke Malang dan tempat-tempat lain yang dikunjungi selama SOL. Contohnya kesehatan, kesehatan sangat perlu dijaga karena jika kita pergi SOL dalam keadaan kurang fit, kita tidak dapat merasakan indahnya perjalanan dan kunjungan SOL. Pola makan yang benar dan teratur sangat mempengaruhi kesehatan tubuh. Juga istirahat yang cukup dan pola hidup sehat dan bersih. Kondisi mental juga sangat penting dipersiapkan untuk kegiatan SOL ini.
            Beberapa minggu sebelum keberangkatan SOL, aku telah mempersiapkan kondisi tubuhku dengan sebaik-baiknya agar tidak jatuh sakit ketika SOL. Istirahat yang cukup dan pola hidup sehat dan bersih ku terapkan agar kesehatanku terjaga.
            Dua hari sebelum keberangkatan SOL, aku menyiapkan keperluan-keperluan yang akan di bawa untuk kegiatan SOL. Seperti, makanan ringan, obat-obatan, peralatan mandi dan keperluan pribadiku lainnya. Aku mencatat semua barang-barang yang akan ku bawa agar tidak lupa dan tidak ada yang tertinggal.  Aku juga membeli makanan ringan untuk di bawa dan santap ketika perjalanan. 
b.    Perjalanan
            Pada hari Selasa, tanggal 22 Februari 2011 tepat pukul 07.30, aku bersama rombongan kegiatan SOL berangkat menuju tempat SOL. Aku bersama teman-teman berangkat dengan hati tenang dan tentram diiringi oleh lantunan ayat suci al-qur’an di bus.
            Sekitar pukul 12 siang, bus berhenti di RM Kalijaga di Cirebon – Jawa Barat. Waktu makan siang tiba, aku dan temanku Tyas segera mengantri di antrian pengambilan makanan. Kami pun duduk di tempat yang telah di sediakan oleh pihak restoran dan langsung  menyantap makan siang kami dengan nikmat tanpa lupa membaca do’a terlebih dahulu. Setelah perut kenyang, kami pun segera menuju mushola dan mengambil air wudhu untuk menunaikan shalat zuhur dan ashar dengan cara dijama’. Kami istirahat sejenak di tempat-tempat di sekitar restoran setelah berjam-jam duduk di bus sehingga merasa pegal.
            Tidak lama kemudian, perjalanan dilanjutkan kembali, semua peserta SOL di cek apakah sudah lengkap atau  belum yang sudah ada di bus. Setelah dipastikan semua lengkap, bus pun berjalan lagi dengan semangat. Aku yang berada di bus 1 sangat senang karena ketika di perjalanan, aku dan teman-teman bernyanyi, tertawa dan bercanda bersama untuk menghilangkan kejenuhan yang ada saat perjalanan. Semua peserta yang ada di bus 1 melepas tawa tanpa merasa beban. Begitu juga beberapa guru dan kepala sekolah yang ada di bus 1.
            Perlahan suara tawa itu menghilang dan aku lihat sekejap mataku banyak yang sudah tertidur pulas, mungkin karena kelelahan menempuh perjalanan jauh. Hanya sedikit orang yang masih membuka matanya lebar-lebar karena ingin melihat pemandangan di kanan-kiri jalan dan karena tidak bisa tidur juga. Hampir semua tertidur saat di perjalanan, walaupun tidurnya hanya sebentar. Tapi tidak begitu dengan, aku ingin sekali tidur untuk istirahat melepas penat yang ada. Namun, mataku ini tak mengerti apa rasa lelah yang ada pada tubuhku. Aku tidak bisa tidur pulas seperti yang lain. Aku pun hanya bisa melihat pemandangan di luar jendela yang begitu indah. Aku melihat setiap tempat yang ku lalui, agar tahu berada dimana aku ini. Ketika itu aku sudah ada di Pemalang. Suasana di luar bus terlihat basah karena saat itu hujan yang cukup deras turun. Tidak lama ku lihat jalan, ada gapura yang bertuliskan “Selamat datang di kota Pekalongan”. Ternyata perjalanan ku sudah sampai di Pekalongan. Di kota yang sangat terkenal dengan batiknya. Aku tidak menyangka bisa berada di tempat yang sangat jauh dari tempat tinggalku.
            Beberapa jam kemudian aku sudah sampai di kabupaten Brebes. Tempat yang sangat terkenal dengan telur asinnya yang mempunyai rasa yang khas. Ku lihat di sepanjang jalan, banyak tempat yang menjual telur asin yang tersusun di lemari kaca dan tersusun seperti bentuk piramida. Aku menunjukkan ke teman disampingku dengan jari telunjukku, “eh liat itu telor asin lagi, itu juga telor asin lagi, banyak banget deh”.
             Waktu menunjukan pukul 19.00, aku bersama rombongan berhenti di sebuah RM Gerbang Elok - Weleri di wilayah Sampong Sari – Jawa Tengah. Terlihat wajah teman-temanku yang baru saja bangun tidur dan masih terlihat mengantuk. Aku dan teman-temanku segera mengambil posisi untuk antri mengambil makan malam. Setelah mengambil makan malam, kami langsung mencari posisi yang cocok untuk makan malam kami. Tanpa lupa membaca do’a sebelum makan, kami pun menyantap hidangan dan di tutup dengan minum air teh hangat yang telah disediakan. Perut kenyang hati pun senang, begitu kata-kata yang pernah ku dengar dari tokoh kartun di televisi. Kami pun segera menuju mushola dan mengambil air wudhu untuk menunaikan shalat maghrib dan isya dengan cara dijama’. Sama seperti ketika shalat zuhur dan ashar di Cirebon tadi.
            Perjalanan di lanjutkan, hari semakin malam. Lampu di bus di matikan, semua peserta di perintahkan oleh Pak Kodir untuk tidur karena perjalanan masih panjang. Semua peserta tertidur lelap dengan gayanya sendiri-sendiri. Ada yang menunduk, menenggak, dan bersandar ke teman di sampingnya dengan mulut terbuka. Tapi tidak begitu dengan aku, lagi-lagi aku tidak bisa tidur dan tidak dapat istirahat senyenyak teman-temanku. Aku sama sekali tidak bisa tidur, padahal aku merasa sangat mengantuk dan merasa sangat lelah. Aku mencoba memejamkan mataku dan mencoba ubah posisi duduk agar bisa tertidur. Namun, aku tak kunjung bisa tidur. Dari belakang temanku Dewi memanggil “Zulfa, gak bisa tidur ya? Sama nih Dewi juga gak bisa tidur”. Aku menjawab “iya nih dew, pengen tidur banget tapi gak bisa, sebel deh”. Aku pun terus mencoba untuk tidur sampai akhirnya bus berhenti di suatu tempat untuk beristirahat dan para peserta di persilahkan untuk ke kamar mandi bagi yang ingin buang air kecil. Aku bersama temanku Tyas segera menuju kamar mandi untuk buang air kecil dan istirahat sejenak. Tak lama kami kembali melanjutkan perjalanan. Ketika duduk di kursi di bus, aku melihat handphoneku, ternyata ada sms dari temanku yang ada di bus lain, dia mengirim pesan untukku karena dia juga tidak bisa tidur, sama seperti ku. Akhirnya aku dan dia saling berkirim pesan atau yang biasa di sebut dengan sms-an. Bosan juga terus menerus sms-an begitu, ku hentikan sms-an itu dan aku terus mencoba agar bisa tidur. Namun, aku tetap tidak bisa tidur juga. Ku lihat waktu sudah menunjukan pukul 01.30. Aku semakin bingung, dalam hatiku berkata “aduh gimana ini, jam segini aku masih belum bisa tidur juga, nanti kalau di tempat tujuan malah ngantuk gimana nih”. Aku hanya bisa diam, duduk dan melihat pemandangan gelap di luar jendela. Tak lama ku lihat ada gapura yang bertuliskan “Selamat datang Jawa Timur”. Ternyata aku sudah berada di provinsi Jawa Timur. Aku iri melihat teman-temanku dapat tertidur pulas dan nyenyak. Tapi aku tidak bisa.
            Waktu terus berjalan, aku terus mencoba untuk tidur. Ku lihat jam di bus sudah menunjukan pukul 03.45. Aku mencoba tidur lagi dan betapa senangnya aku ternyata aku bisa tidur. Aku terbangun mendengar suara keramaian dari luar bus. Ternyata aku melewati sebuah pasar yang sudah cukup ramai, padahal waktu masih menunjukan pukul 04.45. Pukul 05.00 bus berhenti, aku bersama rombongan SOL sudah sampai di tempat ziarah makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim. Kami pun segera antri menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan menyikat gigi. Setelah itu segera menuju tempat wudhu dan mengambil air wudhu untuk shalat subuh di sebuah mushola.   
c.    Ziarah ke makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim - Gresik
            Untuk mempersingkat waktu, kami segera menuju ke makan Syeikh Maulana Malik Ibrahim. Seperti yang tertera pada jadwal kegiatan SOL, kami ziarah ke makam tersebut. Kami melewati sebuah jalan kecil yang di pinggir jalan terdapat banyak penjual makanan, pakaian, dan benda-benda lainnya. Di jalan yang lain, kami melewati jalan yang di pinggirnya terdapat banyak pengemis yang menadahkan wadah untuk mendapat belas kasih orang-orang dan menaruhkan uang di wadahnnya itu. Kami sampai di makam dan segera mengambil posisi tempat duduk yang cocok untuk mendo’akan almarhum Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang telah memperjuangkan dan menyebarkan agama islam di Indonesia khususnya di tanah jawa. Dengan khusyuk kami berdo’a bagi beliau yang dipimpin oleh Bapak Ridwan. Kami pun berdo’a dan duduk dengan tertib. Tak terasa do’a pun selesai di bacakan. Aku bangun dan berdiri, aku merasa ada yang aneh pada kaki ku. Ternyata kakiku kesemutan karena terlalu lama duduk tadi. Aku katakan pada temanku kalau kakiku kesemutan. Ternyata beberapa teman-temanku juga merasakan hal yang sama pada kakinya.
            Semua peserta segera menuju bus, istirahat sejenak dan kemudian menyantap sarapan pagi yang telah di sediakan oleh panitia. Semua menyantap dengan lahap dan dengan nikmat karena sudah merasa sangat lapar. Ku lihat di balik jendela, peserta lain yang di tempatkan di bus 2 juga sedang makan sarapan, tetapi mereka makan di luar bus. Mereka duduk di tempat duduk yang ada di luar bus. Sarapan pun selesai, tak lama perjalanan di lanjutkan menuju jembatan SURAMADU. Aku sangat lelah, karena semalam aku hanya tidur 1 jam saja. Tak sadar, ternyata aku teridur di bus, padahal bus dalam keadaan berisik dan sangat ramai oleh tawa anak-anak di dalamnya. Aku terbangun, aku berkata pada temanku, “aduh kenapa baru bisa tidur sekarang sih, tadi malam sebel banget deh aku gak bisa tidur”. Temanku bilang “udah, udah gak apa-apa koq”. Dan ketika aku mencoba untuk tidur lagi, aku sudah tidak bisa tidur lagi. Akhirnya aku melalui perjalanan dengan iringan lagu dan canda tawa teman-temanku. Di perjalanan, kami melewati tembok pembatas lumpur lapindo yang di tunjukan oleh Ibu Iis. Semua orang yang di bus berdiri, ingin melihat lumpur lapindo itu. Namun tetap saja tidak akan terlihat karena tembok pembatas itu tinggi sekali, melebihi tinggi bus yang ku tumpangi. Lumpur lapindo itu bisa dilihat jelas jika dilihat dari atas menggunakan pesawat atau helikopter.       
d.    Berkunjung melintasi jembatan SURAMADU
            Tak lama kemudian, kami sampai di ibukota provinsi Jawa Timur, yaitu Surabaya. Kami melihat pemandangan Surabaya dari kanan kiri jalan yang terlihat panas dan penuh debu di jalan raya. Kami sampai di pintu tol jembatan SURAMADU. Semua peserta di bus berdiri dan memegang HP atau kamera untuk mengabadikan indahnya pemandangan selat Madura dari lintasan jembatan yang panjangnya 5438 meter itu. Ada yang mengambil foto dan ada juga yang merekam lintasan jembatan SURAMADU. Lautan terlihat putih dengan kabut-kabut di atasnya dan kapal-kapal laut yang ada di tengah-tengah laut. Ada kapal yang terlihat besar dan ada juga yang terlihat seukuran jari kelingkingku. Jembatan SURAMADU begitu indah, menghubungkan pulau Madura ke Surabaya.  Sungguh hebat orang yang merancang pembangunan jembatan sepanjang itu, jembatan terpanjang se-Asia Tenggara. Semua peserta terkagum-kagum dengan keindahan pemandangan di jembatan SURAMADU. Semua peserta sangat senang dapat melintas di jembatan SURAMADU walaupun tidak tepat menginjak dengan kaki sendiri. Senyum terpancar dari semua wajah-wajah para peserta SOL.
            Perjalanan dilanjutkan kembali menuju objek wisata Selecta. Di perjalanan bus berhenti di sebuah RM Joglogeka. Aku dan teman-temanku segera mengambil posisi untuk antri mengambil makan siang. Setelah menggambil makan siang, kami langsung mencari posisi yang cocok untuk makan siang kami. Kami pun menyantap makan siang kami dengan nikmat tanpa lupa membaca do’a terlebih dahulu. Setelah perut kenyang, kami pun segera menuju mushola dan mengambil air wudhu untuk menunaikan shalat zuhur dan ashar dengan cara dijama’. Kami istirahat sejenak di tempat-tempat di sekitar restoran. Aku dan temanku Tyas menyempatkan membeli makanan khas Malang seperti kripik apel, kerupuk apel, dodo lapel dan sari buah sirsak di sebuah toko dekat restoran itu. Tidak lama kemudian, perjalanan di lanjutkan kembali, semua peserta SOL di cek apakah sudah lengkap atau  belum yang sudah ada di bus. Setelah dipastikan semua lengkap, bus pun berjalan lagi.
e.    Berkunjung ke objek wisata Selecta – Malang
            Perjalanan dilanjutkan kembali menuju objek wisata Selecta. Semua peserta tidak tahu tempat yang bernama Selecta itu seperti apa. Penuh tanya dalam diri, begitu pun aku. Perjalanan ke Selecta tidak jauh. Tak lama, kami pun sampai di tempat wisata Selecta di Malang - Jawa Timur. Ketika turun dan keluar dari bus kami merasakan hawa sejuk dan dingin di tempat itu. Pemandangan di Selecta begitu indah. Banyak terdapat bermacam-macam bunga yang sangat cantik.  Nuansa Selecta seperti nuansa di Taman Cibodas. Aku dan teman-teman segera mengambil tempat yang pas untuk berfoto. Kami juga berfoto bersama guru-guru kami. Kami terus mencari tempat yang menarik untuk diabadikan dengan cara mengambil gambarnya. Kami juga menelusuri berbagai tempat di Selecta. Aku bersama temanku Arfi dan Nurul menelusuri sebuah goa kecil yang ada di dekat pendopo di Selecta. Kami juga duduk, istirahat di batu yang sangat besar. Berjalan, berlari dengan penuh keceriaan. Senyum lebar menghiasi wajah-wajah para peserta. Aku bersama Tyas bermain sepeda air atau yang biasa di sebut dengan sebutan perahu angsa. Di sisi lain temanku Dini dan Suaibah juga bermain permainan yang sama denganku. Kami mengayuh pedal sepeda air itu dengan kuat dan penuh semangat dengan tawa yang mewarnai permainan kami ini. Ketika kami sedang asyik bermain, Bu Sulhah memanggil kami, “neng udahan mau berangkat lagi”. Aku dan Tyas pun segera mengayuh pedal sepeda air itu dan mangarahkannya ke tepi kolam. Kami segeera naik dan segera berjalan menuju tempat parkir bus. Ternyata bus masih sepi dan kami pun menunnggu teman-teman kami yang masih ada di luar bus. Semua peserta merasa kelelahan, kami pun sejenak istirahat dan menegukkan beberapa teguk air minum yang kami bawa. Setelah semua peserta datang ke bus dan sudah lengkap, bus pun melanjutkan perjalanan ke tempat istirahat yaitu ke Hotel Mutiara Baru - Malang.  
f.     Istirahat di Hotel Mutiara Baru - Malang
            Perjalanan menuju Hotel Mutiara Baru tidak begitu lama. Ku lihat semua wajah di bus penuh dengan keceriaan setelah bersenang-senang di Selecta. Kami melalui jalan berliku-liku yang sangat curam. Di kanan kiri jalan terdapat jurang-jurang yang menganga. Jalan itu sangat mengerikan. Hotel itu berada di Kota Wisata Batu dan berada di pedalaman. Aku melihat di luar jendela begitu jalan yang mengerikan. Teman-temanku takut melihat jurang-jurang itu karena menyeramkan katanya. Namun, aku menganggap itu adalah pemandangan yang indah dan perjalanan yang menyenangkan menuju hotel.
            Tak lama kami sampai di tempat tujuan. Di hotel Mutiara Baru di Kota Batu. Hari itu cuaca gelap dan hujan gerimis turun membasahi permukaan bumi ini. Aku dan teman-teman segera mengambil perlengkapanku dan mengambil koper yang di simpan di dalam bagasi bus. Karena tidak ingin terlalu kebasahan, kami pun segera menuju hotel dan berteduh di teras-teras hotel. Kami menunggu pembagian kunci. Aku, Tyas, Dini dan Suaibah memilih kamar yang ada di lantai 2 agar dapat menyaksikan pemandangan kota Batu dari atas. Suasana seperti di Puncak. Begitu dingin dan sejuk. Kami pun segera menaruh barang-barang bawaan kami dan segera istirahat sejenak. Aku memilih untuk mandi terlebih dahulu karena merasa badanku sudah lengket dan harus mandi. Aku mandi menggunakan air hangat yang di kamar mandi. Rasa lelah pun menghilang karena ketika cuaca dingin aku bisa mandi dengan air hangat. Setelah semua teman se-kamarku mandi, kami sejenak merebahkan badan untuk melepas penat di tempat tidur sambil menonton sebuah acara di televisi.
            Tak lama azan maghrib berkumandang, aku dan teman-teman segera mengambil air wudhu dan shalat di kamar. Tidak lama kemudian, ku lihat jam sudah menunjukan pukul 19.00. Kami segera menuju ruang makan untuk menyantap makan malam kami. Kami segera mengambil posisi untuk antri mengambil makan malam. Setelah mengambil makan malam, kami langsung mencari posisi yang cocok untuk makan malam kami. Tanpa lupa membaca do’a sebelum makan, kami pun menyantap hidangan dan di tutup dengan minum air teh hangat yang telah di sediakan. Semua peserta menyantap makan malamnya dengan nikmat dan dengan tertib. Setelah semua peserta selesai makan, semua peserta kembali ke kamar masing-masing dan istirahat. Saat itu acara bebas, aku dan teman-teman se-kamarku merasa bosan terus berada di kamar. Kami pun mengunjungi kamar temanku yang lain. Kami berbincang-bincang sedikit tentang nyamannya hotel yang kami singgahi ini. Kami juga bercanda tawa bersama. Yang pasti sangat mengasyikan. Kami merasa lelah, kami pun kembali ke kamar masing-masing dan istirahat sambil menonton televisi. Kami  membereskan barang-barang yang harus dibawa lagi agar esok hari ketika kami meninggalkan hotel ini tidak ada barang yang tertinggal. Kami juga menyempatkan waktu untuk makan makanan kecil yang kami bawa. Ketika kami menonton televisi, ada iklan sebuah film hantu dan teman-temanku pada menjerit ketakutan. Aku mengetahuinya belakangan. Aku bertanya ada apa, belum sempat dijawab aku melihat ke arah TV dan ternyata aku ikut menjerit. Kami ketakutan. Saking ketakutannya, kami semua telungkup di tempat tidur ke arah yang berlawanan dengan TV dan tak sadar ternyata temanku Tyas memeluk kaki Suaibah. Suaibah kegelian dan meminta Tyas untuk melepaskan tangannya itu dari kakinya. Iklannya selesai, setelah semua ketakutan kami malah tertawa terbahak-bahak mengingat kejadian tentang iklan film hantu itu.
            Kami banyak berbincang-bincang di dalam kamar. Kami bercanda tawa pula. Temanku Tyas dan Suaibah dihubungi oleh teman istimewanya lewat HP. Aku dan Dini tidak begitu. Jadi, kami bercanda, berpura-pura kami sedang saling menelpon. Hehehe. Tak lama temanku yang di kamar lain datang ke kamarku, ia tertawa melihat aku dan Dini yang berpura-pura saling menelpon. Akirnya kami hentikan juga aksi saling menelpon itu walaupun Tyas dan Suaibah masih berbincang-bincang dengan pacarnya masing-masing di HP. Kami pun menonton TV lagi, dan seketika kami tertidur pulas.
            Pagi hari, kami dibangunkan oleh suara alarm HP kami pada pukul 04.00. Cuaca semakin dingin, lebih dingin dibanding tadi malam. Ku lihat di luar jendela, kabut tebal berada di atas gunung. Aku segera mandi. Setelah mandi, aku menunggu azan subuh sambil duduk dan menarik selimut di tempat tidur. Cuacanya benar-benar sangat dingin. Kakiku menyentuh lantai seperti menyentuh es. Adzan subuh pun tiba, aku segera shalat subuh dan langsung berpakaian seragam putih abu-abu karena kita akan melanjutkan perjalanan ke Universitas Brawijaya Malang.
            Aku keluar kamar, mengetuk pintu kamar temanku yang lain. Di bukakanlah pintu, ternyata mereka bayak yang belum bangun. Akhirnya ku bangunkan mereka agar segera bersiap-siap karena intuksi dari Bu Nur jam 05.30 harus sudah ada di ruang makan untuk sarapan. Setelah semuanya siap dan barang-barang sudah dibereskan. Aku dan teman sekamarku menyempatkan diri untuk berfoto di luar kamar, di balkon atas karena pemandangannya sangat indah. Tanpa berpikir panjang kami pun segera turun menuju ruang makan dan menaruh barang-barang bawaan kami di bus. Kami masuk ke ruang makan dan  segera mengambil posisi untuk antri mengambil sarapan pagi. Setelah mengambil sarapan pagi, kami langsung mencari posisi yang cocok untuk menyantap sarapan pagi kami. Tanpa lupa membaca do’a sebelum makan, kami pun menyantap hidangan dan di tutup dengan minum air teh hangat yang telah di sediakan.     
g.    Kunjungan ke Universitas Brawijaya – Malang
            Setelah sarapan, kami bersiap meninggalkan hotel dan melanjutkan perjalanan ke Universitas Brawijaya. Semua peserta dipastikan sudah ada di dalam bus. Jarak kota Batu dan kampus Universitas Brawijaya sekitar 26 km. Kira-kira memakan waktu 1 jam. Tepat pukul 07.00 kami berangkat menuju Universitas Brawijaya. Kembali kami melalui jalan berliku-liku yang curam yang di kanan kiri jalan terdapat jurang-jurang menganga itu. Kami juga melewati gununung Panderman yang tinngginya 1846 meter.
            Tak lama, kami sampai di kota Malang. Kami melewati wilayah pendidikan yang terdapat beberapa universitas dan sekolah menengah lainnya. Kami melewati Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Agama Islam Malang dan sekolah-sekolah menengah lainnya. Kami pun sampai di Universitas Brawijaya. Kampus Universitas Brawijaya cukup luas, luas tanahnya 181,1 Ha dan luas gedungnya 218.228 m2. Kami turun dari bus di dekat gedung wisuda. Kami berjalan menuju gedung rektor. Kami menunggu info lebih lanjut di depan gedung rektor. Tak lama pemberitahuan datang dan ternyata kami diterima di gedung wisuda dekat tempat parkir bus tadi. Kami pun segera menuju gedung wisuda dan  langsung mengantri di depan pintu masuk untuk mengisi daftar tamu. Semua peserta langsung duduk dengan tertib di kursi-kursi yang telah di sediakan.
            Pembicara dari pihak Universitas Brawijaya pun memberi sedikit kata-kata pembukaan. Begitu pula Bu Iis, kepala sekolah kami. Beliau menyampaikan beberapa kalimat, tujuan kami datang ke Universitas Brawijaya.  Pihak Universitas Brawijaya mempertunjukan slide pada kami seputar Universitas Brawijaya. Kami dibertahu info-info tentang Universitas Brawijaya. Dari fakultas, lingkungan, sampai cara-cara untuk masuk Universitas Brawijaya. Kami mendengarkan apa yang disampaikan pembicara dengan seksama. Kami di beritahu beberapa fakultas serta program studi yang ada. Cukup banyak fakultas yang ada di Universitas Brawijaya. Ada 12 fakultas dan 1 Program Studi setara fakultas. Dan banyak cara untuk masuk Unversitas Brawijaya. Melalui jalur nasional yaitu dengan ikut SNMPTN dan melalui jalur mandiri yaitu daftar langsung ke universitas tersebut. Kami juga di beri banyak masukan untuk semangaat belajar agar bisa masuk ke Universitas-universitas terbaik di Indonesia. Pembicara di Universitas Brawijaya juga menyampaikan sebuah temuan dari mahasiswa yaitu es krim jamur. Es krim yang berbahan dasar jamur, namun diberi rasa coklat, strawberry dan vanilla seperti es krim pada umumnya. Beliau berkata es krim tersebut di jual di MAN 3 Malang. Aku merasa penasaran dengan es krim itu. Mengingat aku akan menuju ke MAN 3 Malang, aku berniat untuk membeli es krim itu untuk menghilangkan rasa penasaranku ini.
            Sekitar pukul 12 acara selesai. Kami sempat berfoto dengan Bu Iis dan pembicara di gedung itu. Ketika kami keluar dari gedung itu kami dipersilahkan mengambil sekotak makanan ringan yang telah disediakan oleh pihak Universitas Brawijaya. Kami pun segera menuju ke bus dan melanjutkan perjalanan mennuju MAN 3 Malang. Di perjalanan, kami menyantap makanan yang kami bawa dari Universitas Brawijaya.
h.    Kunjungan ke MAN 3 Malang
            Perjalanan menuju MAN 3 Malang relatif dekat. Ketika sampai di MAN 3 Malang, kami segera menuju ke masjid MAN 3 Malang. Kami segera menuju tempat wudhu, mengambil air wudhu dan segera menunaikan shalat zuhur dan ashar(di jama’). Untuk mempersingkat waktu, kami segera berjalan menuju MAN 3 Malang. Kami pun segera masuk ke ruangan yang telah disediakan untuk para peserta SOL. Sebelum masuk ke ruangan itu kami diberikan sekotak makanan kecil. Kami segera duduk di tempat yang telah disediakan. Kami pun mendengar sambutan-sambutan dan materi-materi yang disampaikan oleh Bu Iis dan Kepala Sekolah MAN 3 Malang. Beliau menceritakan seputar tentang sekolah MAN 3 Malang. Beliau juga menyampaikan beberapa kegiatan-kegiatan yang ada di MAN 3 Malang. MAN 3 Malang mempunyai 24 kelas dan 4 jurusan yaitu jurusan IPA, IPS, agama dan bahasa. Jujur, aku mengantuk ketika beliau menyampaikan pengarahannya. Mungkin ada yang salah dengan cara penyampaiannya. Tak lama, materi-materi pun selesai disampaikan. Para peserta diserahkan kepada tim OSIS MAN 3 Malang. Kami pun diajak  berkeliling wilayah MAN 3 Malang dan diberitahu beberapa tempat dan fungsinya. Aku terkagum-kagum dengan Perpustakaannya. Perpustakaannnya seperti toko buku, bersih dan rapi. Siswa-siswi MAN 3 Malang sangat sopan dan berperilaku lemah lembut. Mereka menerangkan suatu tempat dengan sangat baik dan dengan senyuman yang menghiasi wajahnya. Aku melihat bagusnya tempat-tempat di lingkungan MAN 3 Malang. Ada studio broadcast untuk siaran radio dan ada kelas outdoor yang begitu nyaman dengan tumbuhan-tumbuhan disekelilingnya. Aku juga melihat susunan mading yang tertata rapi di sekolah itu. Juga kamar mandi yang bersih dan wangi. Aku senang dengan MAN 3 Malang. Aku merasa iri. Dalam hatiku berkata “kapan ya MAN Serpong bisa kayak begini”. Aku berkata sambil melihat lingkungan disekelilingku.
            Selang beberapa waktu kemudian, kami di perintahkan oleh guru-guru untuk segera menuju bus dan akan segera melanjutkan perjalanan. Aku dan Tyas datang terakhir menuju bus. Kami berbincang sedikit tentang es krim jamur yang tadi di bicarakan di Univeersitas Brawijaya. Kami tak tahu dimana tepatnya es krim itu dijual. Kami pun bertanya kepada seorang siswi MAN 3 Malang tentang es krim jamur itu. Ternyata dia tidak tahu kalau di sekolahnya sendiri terjual es krim jamur. Malah dia menanyakan kepada kami dapat info dari mana. Dia tidak tahu pasti dimana dijualnya es krim itu tapi dia senyum berkata “mungkin ada di koperasi, mari saya antar”. Dia bicara dengan logat jawanya, dia begitu baik dan sopan. Kami pun di ajaknya ke koperasi dan diambilkanlah es krim itu dari sebuah lemari pendingin di koperasi itu. Kami pun segera membayar es krim itu dengan uang Rp.10.000,- karena kami membeli 4 es krim yang masing-masing harganya Rp.2500,-.
            Tak lama kami segera menuju bus. Semua peserta sudah ada di bus. Bus pun lembali berjalan lagi. Semua peserta merasa lapar karena kami belum sempat makan siang dan waktu sudah menunjukan pukul 15.00. Makan siang pun di bagikan di dalam bus. Kami makan dengan makanan yang di dalam kotak. Kami pun menyantap makan siang kami tanpa lupa membaca do’a terlebih dahulu. Perjalanan pun dilanjutkan sambil kami menyantap makan siang kami. Perjalanan kami menuju tempat oleh-oleh khas Malang dilalui dengan iringan lagu di bus.
i.      Kunjungan ke tempat oleh – oleh khas Malang
            Perjalanan menuju tempat oleh-oleh khas Malang relatif sebentar. Ketika sampai, kami langsung turun dari bus dan masuk ke dalam toko-toko penjual oleh-oleh itu. Banyak terjual kripik buah, apel Malang, sampai pernak-pernik unik di toko itu. Aku tidak membeli apa-apa di tempat itu karena merasa harus irit menggunakan uang. Ketika aku berdiri di depan toko-toko itu aku terjatuh karena tidak memperhatikan jalanan itu dengan baik. Ternyata ada tangga yang tidak ku langkahi dan akhirnya aku terjatuh. Tak sadar ternyata temanku yang ada di dalam bus menertawakanku ketika aku terjatuh. Sungguh sakit sekali kakiku karena terjatuh.
            Selang beberapa saat, semua peserta, guru-guru dan yang lainnya selesai juga berbelanja. Semua segera masuk ke bus dan membereskan barang-barang belanjaannya itu. 
j.      Kunjungan wisata perkebunan apel – Malang
            Tak lama, perjalanan pun di lanjutkan menuju wisata perkebunan apel Malang. Kami melalui jalan yang berliku-liku. Ketika sudah sampai di dekat perkebunan apel, kami turun dan berganti mobil. Kami naik mobil yang lebih kecil dibanding bus. Kami naik angkot karena jalan menanjak menuju kebun apel cukup curam dan rawan dilalui oleh bus.
            Kami pun sampai di perkebunan apel yang cukup luas itu. Terlihat banyak apel di pohon yang telah di bungkus dengan koran. Sebelum memetik apel, aku dan teman-teman mendengarkan sedikit pengarahan yang disampaikan oleh pihak perkebunan apel. Kami diberitahu bahwa kalau apelnya mau manis harus didiamkan selama 2 malam.  Katanya, kalau di makan di kebun itu gratis tapi kalau dibawa harus bayar per kilogramnya seharga Rp.20.000,-.  Kami diberikan kantong plasti untuk menaruh apel yang sudah kami petik. Kami pun siap memburu apel-apel itu. Aku dan temanku Dini segera mencari pohon-pohon yang kira-kira buah apelnya sudah masak. Tanpa ragu  kami pun memetik apel yang terlihat masak dan bagus. Kami mengelilingi kebun apel itu sampai mendapatkan apel yang bagus. Kami juga menyempatkan diri untuk berfoto bersama pohon-pohon apel itu. Semua peserta terlihat ceria ketika asyik memetik apel. Ada yang saling berlarian di kebun itu. Ada yang sedikit-sedikit memetik dan mencoba apakah rasa apel itu manis atau tidak. Aku juga sempat memetik dan langsung mencicipi rasa apel itu. Rasa apel itu manis sekali. Tapi ada juga yang rasanya asam dan kecut. Menurutku bukan banyaknya apel yang enak. Tapi berkeliling dan memetik buah apel itu lah yang terasa seru dan mengasyikkan. Aku memetik 1 kilogram apel saja karena aku tidak tahu pasti mana yang bagus untuk dipetik dan mana yang tidak. Setelah selesai, kami menimbang apel yang kami petik dan membayarkan sesuai harganya. Hari semakin sore, langit semakin gelap. Semua peserta diperintahkan untuk bubar dan segera menuju angkot untuk kembali melanjutkan perjalanan. Turun dari angkot, kami langsung masuk ke dalam bus dan melanjutkan perjalanan ke Merapi di Yogyakarta. Ke tempat meletusnya gunung  beberapa waktu lalu. Tepatnya pada tanggal 26 Oktober 2010.
            Perjalanan menuju Yogyakarta cukup jauh. Perjalanan memakan waktu 9 jam dari Kota Batu. Kami melanjutkan perjalanan dengan perasaan gembira dan penuh keceriaan setelah asyik berpetualang di perkebunan apel. Sekitar pukul 19.00 kami berhenti di sebuah restoran di hotel Nirwana untuk menyantap makan malam bersama-sama. Tempatnya cukup menyeramkan. Aku dan teman-temanku segera mengambil posisi untuk antri mengambil makan malam. Setelah mengambil makan malam, kami langsung mencari posisi yang cocok untuk makan malam kami. Tanpa lupa membaca do’a sebelum makan, kami pun menyantap hidangan dan ditutup dengan minum air teh hangat yang telah disediakan. Tak lama makan malam pun selesai. Perjalanan dilanjutkan kembali. Kata Pak Kodir kita akan berhenti di tempat lain untuk shalat maghrib dan isya. Bus pun berjalan lagi setelah semua peserta dipastikan sudah ada di dalam bus. Ternyata kami baru berhenti di suatu tempat di wilayah Jawa Timur pada pukul 22.00. Aku segera turun dan mengambil mukena untuk menunaikan shalat maghrib dan isya. Kami istirahat sejenak di luar bus. Aku dan Tyas membeli jagung rebus yang dijual di tempat itu. Harga jagung rebus itu hanya Rp.1000,- saja. Sungguh harga yang sangat murah mengetahui di Jakarta tidak akan dapat membeli jagung rebus dengan harga semurah itu. Kami pun menyantap jagung rebus yang masih muda itu dengan nikmat. Sangat cocok dengan cuaca yang dingin pada malam itu.
            Tak lama kemudian, semua peserta diperintahkan untuk masuk ke dalam bus karena perjalanan akan dilanjutkan kembali. Bus pun berjalan lagi setelah semua peserta dipastikan tidak ada yang tertinggal. Perjalanan masih panjang. Lampu di bus di matikan, semua peserta tertidur karena sangat merasa lelah setelah seharian penuh eraktifitas. Di setiap tempat peeristirahatan aku menyempatkan diri untuk buang air kecil. Malam itu aku sangat senang, karena aku bisa tidur lelap. Tidak seperti perjalanan waktu berangkat yang aku hanya bisa tidur 1 jam saja dalam semalam. Tak sadar ternyata aku terbangun ketika sudah sampai di Klaten – Jawa Tengah. Tepatnya di Restoran Ibu Mayar Cawas. Waktu menunjukan pukul 04.30. Ternyata di Klaten itu kami berhenti di sebuah restoran yang terdapat mushola tempat kita shalat subuh, sarapan pagi dan sekedar mencuci muka dan menggosok gigi. Aku dan Tyas lebih dulu menuju kamar mandi karena tidak ingin antri kalau tidak langsung ke kamar mandi. Karena waktu sangat singkat, kami hanya mencuci muka dan menggosok gigi kemudian mengambil air wudhu untuk menunaikan shalat subuh. Kami shalat subuh berjama’ah bersama guru-guru yang lain di sebuah mushola di dekat restoran itu. Selesai shalat, kami segera mengganti pakaian dengan pakaian batik sesuai dengan yang diintruksikan oleh guru. Setelah berpakaian batik, kami segera menuju restoran dan segera mengambil posisi untuk antri mengambil sarapan pagi. Setelah mengambil sarapan pagi, kami langsung mencari posisi yang cocok untuk makan sarapan pagi kami. Tanpa lupa membaca do’a sebelum makan, kami pun menyantap hidangan dan ditutup dengan minum air teh hangat yang telah disediakan.       
k.    Kunjungan ke Merapi – Cangkringan Yogyakarta       
            Tak lama perjalanan dilanjutkan menuju Merapi. Perjalanan cukup lama. Kami pun meninggalkan Klaten dengan perasaan gembira. Perjalanan kami diiringi dengan lantunan musik di dalam bus. Di perjalanan, kami melewati Candi Prambanan yang terlihat sangat  indah. Sayang, perjalanan kami tidak ada jadwal ke Candi Prambanan. Padahal, aku ingin sekali berkunjung ke Candi Prambanan.
            Merapi sudah dekat. Perjalanan menuju jalan ke Merapi tidak besar. Ternyata memang kini Merapi menjadi objek wisata yang mengagumkan. Di sepanjang jalan menuju Merapi, sekitar 6 kilometer. Kami melihat di kanan kiri jalan terdapat pohon-pohon yang sudah habis daunnya. Yang ada hanya batang dan akarnya saja. Kami juga melihat rumah-rumah dan bangunan lainnya yang sudah hancur. Kini bangunan-bangunan itu sedang dalam perbaikan kembali. Ternyata banyak korban jiwa akibat meletusnya gunung Merapi itu di tempat yang kami lalui. Yang jaraknya sekitar 6 kilometer dari gunung Merapi karena mereka merasa jauh dari gunung Merapi, merasa aman dan tidak mau dievakuasi. Tetapi warga yang tinggal dengan jarak 3-4 kilometer banyak yang selamat karena mereka mau dievakuasi. Kini masih banyak yang tinggal di sekitar Merapi. Tak lama, kami sampai di Merapi. Kami pun segera turun dari bus dan mengatur posisi untuk berfoto bersama teman-teman dan guru-guru. Kami menginjak tanah yang sudah penuh dengan pasir. Sampai-samapi beberapa pasir masuk ke dalam sepatuku. Disana banyak terdapat batu-batu besar sisa letusan gunung Merapi. Kami berkeliling ke sekitar wilayah Merapi. Warga di sekitar gunung Merapi bersikap sopan kepada kami. Mereka berbicara halus dengan logat jawanya. Kami diajak oleh panitia untuk terus berjalan ke arah gunung Merapi tempat singgahnya almarhum Mbah Marijan dulu. Aku dan Temanku Vindhy jalan menelusuri wilayah itu. Kami juga menelusuri suatu tempat yang disana terdapat lubang yang mengeluarkan asap panas. Jalanan cukup terjal. Asap itu membuatku penasaran dan ingin menghampirinya. Ketika kuhampiri, tercium bau belerang yang sangat menyengat. Kami mendekatkan tangan kami kea sap itu. Ternyata asap itu tidak panas tapi hangat. Kami pun menelusuri setiap tempat yang terlihat aneh dan mencurigakan. Kami berdiri menghampiri sebuah tempat seperti jurang yang lebar menganga. Ketika kami berteriak, muncul suara gema kami. Temanku Singgih berteriak memanggil Mbah Marijan dan terdengar suara tiruannya setelah temanku selesai berteriak.
            Aku dan Vindhy tidak menuju ke puncak merapi karena kami sibuk menelusuri tempat-tempat yang mencurigakan. Ketika kami ingin melanjutkan perjalanan ke atas, semua teman-teman dan guruku yang berjalan sampai puncak sudah turun lagi dan memerintahkan kami untuk kembali ke bus karena saat itu cuaca mendung. Kami pun segera kembali ke bus dan masuk ke dalam bus untuk melanjutkan perjalanan ke tempat oleh-oleh Bakpia. Hari sudah semakin siang. Saat itu waktu menunjukan pukul 11.00. Perjalan pun dilanjutkan kembali setelah semua peserta dipastikan sudah berada di bus. Perjalanan kami pun berjalan diiringi musik. Tak terasa waktu telah menunjukan pukul 11.45. Kami sampai di sebuah RM Grafika untuk menyantap makan siang kami. Semua anak laki-laki dan beberapa Pak Guru terlebih dahulu menuju ke masjid untuk menunaikan shalat jum’at. Aku dan teman-temanku segera menuju restoran dan segera mengambil posisi untuk antri mengambil makan siang. Setelah mengambil makan siang, kami langsung mencari posisi yang cocok untuk makan makan siang kami. Tanpa lupa membaca do’a sebelum makan, kami pun menyantap hidangan yang telah disediakan.  Setelah perut kenyang. Kami segera menuju tempat wudhu, mengambil air wudhu dan segera menunaikan shalat zuhur dan ashar(di jama’).
            Setelah itu, semua peserta diperintahkan untuk kembali ke bus karena perjalanan akan dilanjutkan kembali menuju tempat oleh-oleh Bakpia Yogyakarta. Bus pun kembali berjalan setelah semua peserta dipastikan sudah berada di bus. Perjalanan menuju tempat oleh-oleh Bakpia relatif dekat sehingga tidak memakan banyak waktu.
l.      Kunjungan ke tempat oleh – oleh Bakpia – Yogyakarta
            Tak lama, kami pun sampai di tempat oleh-oleh Bakpia itu. Semua peserta segera turun dari bus dan langsung masuk ke toko itu. Kami disambut baik oleh pihak toko oleh-oleh khas Yogya itu. Banyak yang berburu bakpia khas Yogya itu. Namun, aku tidak membeli bakpia karena aku tidak tertarik dan tidak suka dengan bakpia itu. Aku hanya membeli Wingko Babat pesanan ibuku yang juga dijual di toko itu. Semua teman-temanku asyik mencari makanan yang ingin mereka beli. Beberapa guru juga membeli Bakpia dan makanan lainnya. Tak lama, kunjungan ke tempat oleh-oleh Bakpia pun berakhir. Kami segera menuju bus dan melanjutkan perjalanan menuju Hotel Nataputra tempat kami bermalam nantinya. Perjalanan cukup singkat. Saat itu hujan turun membasahi permukaan bumi dan suasana Yogya pun terlihat indah saat hujan turun.
m.  Istirahat di hotel Nataputra – Yogyakarta
            Selang beberapa waktu, kami tiba di Hotel Nataputra. Hujan turun cukup deras ketika kami tiba. Rasanya kedatangan kami disambut dengan turunnya hujan itu. Kami segera turun dari bus dan membawa barang-barang bawaan kami. Kami segera masuk ke hotel dan masuk ke kamar yang telah ditentukan. Ranisa, Damay, Iqi dan Tyas adalah teman se-kamarku. Kami mendapat bagian di kamar 20. Ternyata kamar di hotel Nataputra lebih kecil dibanding kamar di hotel Mutiara Baru di Malang. Kondisinya pun tidak cocok di sebut hotel. Begitu kata teman-temanku. Tapi kami terima apa adanya semua itu. Ketika di kamar, aku memilih untuk segera mandi karena badanku sudah kotor dan lengket. Aku pun mandi dan merasakan kesegaran setelah selesai mandi. Teman-teman se-kamarku pun mandi juga dan setelah kami mandi.  
n.    Kunjungan ke Malioboro, tempat oleh-oleh khas Yogyakarta
            Kami segera bersiap melanjutkan perjalanan kami ke Malioboro, tempat oleh-oleh khas Yogyakarta. Teman-temanku berangkat menggunakan becak dan andong. Tapi berbeda dengan aku dan teman-teman se-kelompokku yang dibimbing oleh Pak Ridwan. Kami tidak mau naik becak karena merasa ongkosnya terlalu mahal dengan jarak yang sedekat itu. Kami menunggu andong tapi tak muncul-muncul juga. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki menuju Malioboro. Sebenarnya, jarak dari hotel ke Malioboro cukup dekat. Namun, kalau berjalan kaki tentu terasa jauh. Kami pun berjalan di trotoar yang ada di jalan itu sambil menikmati indahnya suasana Yogya. Aku berpikir, sepertinya rugi kalau naik becak ke Malioboro saja. Padahal, kalau berjalan kaki indahnya Yogya terasa lebih jelas. Alvan, Kiki dan Cahyo yang bukan anggota kelompokku ikut berjalan  bersama kami. Aku juga tidak tahu mengapa mereka tidak bersama kelompoknya masing-masing. Kami pun berjalan bersama-sama sambil menikmati suasana Yogya. Kami berjalan sambil berbincang-bincang agar tidak merasa jauh di perjalanan. Di perjalanan, kami melewati beberapa toko, beberapa zebra cross dan lampu merah. Tak terasa jauhnya perjalanan kami berakhir juga. Kami sampai di Malioboro. Tepatnya di dekat kantor gubernur Yogyakarta yang kata teman-temanku bentuknya seperti Istana. Kami menyempatkan diri untuk berfoto bersama-sama di depan kantor gubernur itu. Kami pun segera menuju tempat orang-orang menjajakan barang dagangannya dan memilih barang-barang yang kami beli. Kami mencari barang yang cocok dengan kami. Aku dan Dini mebeli gelang yang dijual oleh seorang ibu. Dini membeli dan menawar dengan menggunakan bahasa Jawa. Aku hanya bisa bicara dengan bahasa Indonesia pada umumnya saja. Gelang yang harganya Rp.5000,- berhasil kami tawar menjadi Rp.2500,-. Kami pun langsung mencari barang yang lain yang ingin kami beli. Ketika asyik berkeliling, kami bertemu beberapa teman kami yang lainnya. Kami mengatakan padanya kalau tadi kami berangkat ke Malioboro dengan berjalan kaki. Mereka terkaget-kaget seolah tak percaya kalau kami memang berjalan kaki menuju Malioboro ini. Tetapi akhirnya mereka percaya juga. Kami pun segera mencari barang-barang yang ingin kami beli lagi. Aku dan Dini menghampiri sebuah kios kaos untuk membeli kaos. Kami memilih kaos yang terdapat bacaan Yogyakarta. Kaos-kaos itu dijual dengan harga yang cukup murah. Hanya Rp.15.000,- saja. Kami pun membeli 2 kaos yang berbeda dengan tulisan Yogyakarta di kaosnya. Kami melanjutkan petualangan kami di Malioboro. Kami juga membeli bros yang dijual seharga Rp.10.000,- 5 bros. Kami memilih bros-bros yang terlihat antik dan unik khas Yogya itu. Aku hanya membeli itu saja karena uang yang aku bawa terbatas. Tapi teman-temanku banyak yang membeli lebih dari itu. Sekitar pukul 19.00 petualangan kami di Malioboro selesai. Kami diperintahkan untuk kembali ke hotel karena hujan turun lagi. Kami pun berkumpul di depan kantor gubernur Yogyakarta. Ada yang kembali ke hotel menggunakan becak dan ada juga yang menggunakan andong. Aku, Sari, Aina, Eva, Imut, Imas dan Nurul kembali ke hotel menggunakan andong. Kami pun sampai dengan selamat di hotel Nataputra. Sesampainya di hotel, kami segera mengambil makan malam dan menyantap makan malam bersama-sama tanpa lupa membaca do’a terlebih dahulu. Setelah perut kenyang, kami kembali ke kamar masing-masing dan langsung menunaikan shalat maghrib dan isya(di jama’). Semua teman-temanku selesai shalat. Kami pun membereskan barang-barang bawaan kami dan diatur di dalam tas. Kami juga bercanda tawa di kamar sambil makan makanan ringan yang kami bawa. Kami lelah dengan aktifitas hari ini. Kami pun merebahkan diri di tempat tidur dan memejamkan mata alias tidur. Sebelum tidur, aku dan teman-temanku sempat memasang alarm pada jam 03.00 karena intruksi dari Pak Kodir jam 05.30 sudah cek out dari hotel. Kami memasang alarm sepagi itu karena takut bangun kesiangan.
            Pagi harinya kami dibangunkan oleh suara alarm HP kami pada pukul 03.00. Kami segera mendi secara bergantian. Selesai mandi, kami segera membereskan dan memeriksa barang-barang bawaan kami agar tidak ada yang tertinggal. Kami pun bersiap berpakain rapi untuk melanjutkan perjalanan ke Goa Jatijjajar di Kebumen dan diakhiri dengan pulang ke rumah masing-masing. Tak lama, adzan subuh berkumandang, kami pun segera mengambil air wudhu dan segera menunaikan shalat subuh. Selesai shalat subuh, kami segera menuju bus tanpa lupa membawa barang-barang bawaan kami.
o.    Kunjungan ke Goa Jatijajar – Kebumen
            Semua peserta sudah dipastikan berada di bus. Perjalanan pun segera dilanjutkan sambil kami sarapan pagi di bus. Perjalanan menuju Kebumen cukup jauh. Perjalanan kami diiringi dengan lantunan ayat suci Al-qur’an di dalam bus. Kami melewati Kutoarjo. Terlintas di pikiranku. Ku teringat kalau Kutoarjo itu adalah kampong halaman ayahku. Aku tidak menyangka bisa berada di kampong halaman ayahku sendiri. Di perjalanan, aku selalu memperhatikan pemandangan di kanan kiri jalan. Pemandangan begitu indah. Gunung menjulang berpayung awan. Sawah hijau terbentang bagai permadani di kaki langit.
            Selang beberapa waktu, kami sampai juga di tempat wisata Goa Jatijajar di Kebumen – Jawa Tengah. Tempat ini sangat bersejarah. Aku sangat senang dapat mengunjungi tempat ini. Aku dan teman-teman pun berjalan menuju pintu masuk Goa Jatijajar dan masuk ke dalam Goa yang cukup gelap itu. Goa itu memang agak menyeramkan dengan batu-batuan yang ada di dalamnya. Kami menyempatkan diri untuk berfoto di dekat patung manusia di dekat pintu masuk Goa itu. Kami melewati jalan yang basah dan suasana Goa yang lembab. Kami berkeliling melihat-melihat apa saja yang ada di dalam Goa tersebut. Disana terdapat banyak patung-patung manusia dan beberapa air terjun kecil yang arus airnya sangat deras. Kami sangat senang menjelajahi Goa itu. Jalan di Goa itu berbelok-belok dan basah. Jadi, kami mesti sangat berhati-hati melalui jalan itu. Kami terus berjalan menelusuri Goa itu. Sampai pada akhirnya kami keluar di pintu yang berbeda. Kami keluar dari pintu yang berbentuk mulut seekor binatang yang sedang menganga.
            Kami juga berkeliling di sekitar Goa dan melewati pemukiman kecil yang di dalamnya terdapat banyak penjual yang menjajakan dagangannya. Mulai dari makanan-makanan khas Jawa, gelang-gelangan, sampai baju dan pernak-pernik lainnya. Tak lama beberapa  peserta keluar pintu masuk wisata Goa Jatijajar dan segera menuju bus. Sebagian temanku masih di luar bus. Mereka sedang menyantap makanan yang mereka beli disana.
p.    Perjalanan Pulang
            Selang beberapa saat, guru-guru mengintruksikan semua peserta untuk segera naik ke bus karena perjalanan kami sudah selesai dan perjalanan pulang akan ditempuh. Bus pun kembali berjalan lagi setelah semua peserta dipastikan sudah berada di dalam bus. Perjalanan pulang kami diiringi dengan iringan musik di bus. Saat itu aku sangat lelah. Tak sadar aku tertidur di bus. Ketika terbangun ternyata waktu menunjukan pukul 12.00 dan aku sudah berada di RM Jatilawang di daerah Karanganyar – Jawa Tengah.  
            Waktu makan siang tiba, aku dan temanku Tyas segera mengantri di antrian pengambilan makanan. Kami pun duduk di tempat yang telah di sediakan oleh pihak restoran dan langsung  menyantap makan siang kami dengan nikmat tanpa lupa membaca do’a terlebih dahulu. Setelah perut kenyang, kami pun segera menuju mushola dan mengambil air wudhu untuk menunaikan shalat zuhur dan ashar dengan cara di jama’. Kami istirahat sejenak di tempat-tempat di sekitar restoran. Kami pun segera turun dan segera menuju restoran untuk menyantap makan siang kami.
            Tak lama, perjalan pun dilanjutkan kembali. Semua peserta diperintahkan untuk segera naik ke bus. Bus pun berjalan kembali setelah semua peserta dipastikan sudah berada di bus. Ketika di perjalanan, aku dan teman-teman bernyanyi, tertawa dan bercanda bersama untuk menghilangkan kejenuhan yang ada saat perjalanan. Perjalanan kami penuh dengan keceriaan. Semua peserta tak sabar untuk segea pulang ke rumah dan bertemu dengan keluarganya msing-masing dan menceritakan kejadian-kejadian selama SOL.
            Saat itu langit gelap. Hujan turun begitu deras membasahi bumi diiringi dengan suara gemburuh petir dan kilat-kilat yang menyambar. Kami melewati jalan yang rusak dan becek. Jalan itu penuh dengan lubang yang membuat kami takut terjatuh saat perjalanan itu. Tetapi kami terus merasa tidak akan terjadi apa-apa. Kami terus menikmati perjalanan kami sambil bernyanyi bersama-sama. Tak lama, semua peserta mungkin merasa lelah. Sesaat teman-temanku di bus tertidur pulas karena merasa letih. Aku juga merasa letih, tetapi aku tidak bisa tidur. Aku sudah mencoba tidur namun tak bisa juga. Aku pun hanya bisa melihat pemandangan di luar jendela. Perjalanan melewati sebuah perkampungan yang disana orang-orang terlihat sedang mencuci dan mandi di sungai yang airnya kotor. Aku melihat sawah hijau terbentang bagai permadani di kaki langit.
            Perjalanan kami menuju Serpong masih panjang. Tak terasa waktu telah menunjukan pukul 18.00 dan kami sudah sampai di Indramayu. Di Indramayu, kami berhenti di sebuah pesantren yang bernama Pesantren Darussalam. Kami berhenti untuk menunaikan shalat maghrib dan isya dengan cara dijama’. Begitu sampai, kami segera menuju tempat wudhu dan lansung mengambil air wudhu. Air yang mengalir dari keran-keran tersebut terasa hangat. Kami pun segera menuju masjid dan langsung menunaikan shalat maghrib dan isya.
            Tak lama, kami pun meninggalkan pesantren itu dan kembali melanjutkan perjalanan kami menuju Serpong. Semua peserta beserta guru-guru kembali ke bus dan bus pun berjalan setelah semua peserta dan guru-guru dipastikan berada di dalam bus. Kami sedikit berbincang-bincang di dalam bus. Kami tidak sabar untuk cepat sampai ke Serpong dan kembali ke rumah masing-masing. Banyak diantara kami yang tertidur di bus. Tapi aku tidak bisa tidur. Aku dan teman-temanku yang tidak tidur pun menikmati perjalanan sambil melihat pemandangan di kanan kiri jalan.
            Bus 1 tertinggal dengan bus 2 dan bus 3. Kami berhenti lagi ketika di Cikampek. Kami berhenti cukup lama. Info yang ku dapat dari temanku, katanya bus 2 sudah sampai Bekasi. Ternyata kami sudah tertinggal jauh. Tak lama, bus pun berjalan lagi. Kami memberitahu orangtua kami yang ingin menjemput kami di Serpong tepatnya di depan masjid agung Serpong. Kami takut sampai di rumah terlalu malam. Pukul 21.00 saja, kami masih berada di Cikampek. Aku bolak-balik melihat jam. Ketika sampai di Karawang, aku segera menghubungi kakakku agar bisa menjemputku di masjid agung. Hari sudah begitu larut. Perjalanan melalui tol dari Karawang ke Serpong tidak terlalu lama. Ketika sampai di kota Bekasi pun, aku menelpon kakakku, meminta agar ia berangkat ke Serpong supaya ketika aku sampai di Serpong kakakku sudah ada disana. Waktu pun terus berjalan, jarak semakin dekat ke Serpong. Tak lama, kami sampai juga di Serpong. Ketika sampai Batan, kakakku mengirimkan sms padaku bahwa ia sudah berada di masjid agung. Betapa senangnya aku, aku tidak perlu menunggu kakakku. Selang beberapa menit, aku pun sampai di masjid agung dan melihat kakakku sudah menunggu disana. Aku dan teman-teman pun segera turun dan membawa semua barang-barang bawaan kami. Hari sudah semakin larut malam. Waktu sudah menunjukan pukul 22.50. Aku segera pamit ke Pak Kodir dan teman-temanku. Aku pun segera pulang menuju rumahku di Pamulang. Aku pulang ke rumah dengan perasaan senang dan hati gembira. Aku bisa sampai kembali dengan selamat. Pukul 23.10 aku sampai di rumah. Aku segera masuk menemui ibuku, mencium tangan ibuku dan memeluknya. Betapa besar kerinduanku karena selama 5 hari aku tak bersama ibu dan keluargaku. Aku segera ke kamar mandi untuk mencuci tangan dan kaki. Aku berbincang sedikit dengan ibuku tentang perjalanan SOL yang ku lalui selama 5 hari. Tak lama, aku tertidur pulas karena merasa sangat kelelahan. 


|
0

FIELD TRIP WITH MY ENGLISH CLUB

Posted by zulfailadiena.blogspot.com on 03.24 in

          On Wednesday, December 22, 2010. My English club and I went to the National Museum or “Museum Gajah” and National Monument or “MONAS”. We went together to the Serpong train station on foot from our school. We took a train Serpong station and got of Tanah Abang train station. Then we continued our trip by Kopaja and got of in front of the central bank. From there we walked for about thirty minutes to the museum. There we explored the museum and had a look at artifacts, statues, statuettes and many more. We also took some pictures with some foreigners. We wanted to talk to the foreigners and practice our English but we were to shy. So, our tutor did it.
          From the museum, we went to the National Monument on foot. Once we got there, we didn’t enter to the National Monument directly but we took a rest and sit down under the trees enjoying our food and drinks. After that, we got to into the Monument we didn’t go up to the pick, we just entered and walked around in the basement, we didn’t forget to take some pictures in there.
          We were very tired and we look weak and exhausted. To get home we took an angkot (public minifant) to Tanah Abang train station. Finally, we went go Serpong on the same route and went home happily.

|

Copyright © 2009 ILADIENA ZULFA All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.