(: Welcome to Official Iladiena Zulfa Blog :)

1

Laporan Hasil Observasi dan Wawancara - Psikologi

Posted by zulfailadiena.blogspot.com on 08.01 in ,


Tugas ini diselesaikan untuk memenuhi nilai terstruktur mata kuliah Psikologi
Dosen Pembimbing : Artiarini Puspita Arwan, M.Psi


Oleh:
Iladiena Zulfa                         (1113051000117)
Dina Karomatunisa                 (1113051000161)

Jurnalistik 2B

Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun Akademik 2013-2014


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
            Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Penelitian Psikologi yang membahas tentang Perkembangan Remaja Berdasarkan Aspek Fisik, Kognitif dan Psikososial. Tak lupa pula shalawat dan salam kita haturkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh petunjuk ini.
            Kami yang bertanggung jawab atas tugas Penelitian Psikologi ini telah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat tugas ini dengan baik dan dengan teliti.  Sebelumnya kami mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada:
  1. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi.  selaku dosen pembimbing mata kuliah Psikologi.
  2. Kedua orang tua kami yang mendukung kami secara moril maupun materil dalam proses penyelesaian tugas ini.
  3. Semua teman-teman yang membantu kami ketika kesulitan dalam proses penyelesaian tugas Penelitian Psikologi ini.
            Kami berharap mendapat nilai yang memuaskan untuk mata kuliah Psikologi dalam pembuatan tugas penelitian ini. Mungkin hanya itu saja yang dapat kami sampaikan. Jika ada kesalahan mohon dimaafkan dan dimaklumi karena kami masih ada pada tahap pembelajaran.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

                                                Jakarta,            Mei 2014


Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Berkembang  merupakan salah satu tahap dalam psikologi perkembangan. Perkembangan diartikan sebagai perubahan yang kontinyu dan sistematis dalam diri seseorang sejak tahap konsepsi sampai meninggal dunia. Perkembangan berkaitan dengan kematangan secara biologis dan proses belajar. Demikian pula dalam perkembangan remaja.
Remaja adalah masa dimana seseorang mengalami beberapa hal yang membuatnya bimbang. Tidak sedikit remaja yang terlibat kasus-kasus yang tidak baik seperti pencurian, tawuran, keonaran dan sebagainya.  Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pendidikan dan perhatian yang diberikan orangtua terhadap anak ketika berada pada masa remaja.
Ketika berada dalam masa remaja, pengawasan orangtua terhadap anaknya mesti lebih ekstra. Hal ini dikarenakan remaja rentan terhadap kehidupan luar yang mudah memengaruhi perangainya.

B.     Rumusan Masalah
*  Apa itu remaja?
*  Kapan manusia mengalami masa remaja?
*  Bagaimana perkembangan remaja?
*  Mengapa banyak perubahan terjadi pada remaja?

C.     Tujuan Penelitian
*     Untuk mengetahui bagaimana perkembangan remaja.
*     Untuk memudahkan guru dan orangtua dalam memahami remaja
*     Untuk memahami karakteristik tertentu yang dialami remaja.
*     Untuk mengetahui cara mengatasi masalah-masalah yang dihadapi ramaja.



D.    Metode Penelitian
Metode yang kami gunakan dalam penelitian ini yaitu:
1.      Observasi
Peneliti mengobservasi secara langsung bagaimana subjek melakukan kegiatan sehari-hari.
2.      Wawancara
Peneliti tidak hanya mewawancara subjek, tetapi juga mewawancara orangtua subjek untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas.
Selain observasi dan wawancara, peneliti juga mengambil beberapa teori tentang perkembangan remaja dari buku-buku mengenai Psikologi.

E.     Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bagian ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II.
LANDASAN TEORI
Berisi mengenai identifikasi
perkembangan remaja berdasarkan aspek fisik, kognitif dan Psikososial.
BAB III. IDENTITAS NARASUMBER
Berisi tentang Identitas Narasumber
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasannya
BAB V. PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
Berisi tentang sumber penulisan makalah






BAB II
LANDASAN TEORI

PERKEMBANGAN MASA REMAJA

Di negara barat, istilah remaja dikenal dengan “edolescence” yang berasal dari bahasa latin “edolescere” yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Batas usia remaja yang umum digunakan para ahli adalah antara 12-21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini di bedakan atas tiga, yaitu: 12-15 tahun = masa remaja awal, 15-18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun = masa remaja akhir.
1.      PERKEMBANGAN FISIK
Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja, yang berdampak terhadap perubahan-perubahan psikologis.[1] Pada mulanya, tanda-tanda perubhan fisik dari masa remaja terjadi dalam konteks pubertas, yaitu kematangan organ-organ seks dan kemampuan reproduksi bertubuh cepat. Pada umumnya anak perempuan mulai mengalami pertumbuhan cepat pada usia 10,5 tahun dan anak laki-laki pada usia 12,5 tahun, pertumbuhan cepat ini berlangsung kira-kira 2 tahun.[2]
Berikut ini akan dijelaskan beberapa dimensi perubahan fisik yang terjadi selama masa remaja tersebut :
·         Perubahan dalam tinggi dan berat
tingkat pertumbuhan tinggi badan tertinggi terjadi pada usia 11 atau 12 tahun untuk anak perempuan dan 2 tahun kemudian untuk anak laki-laki. Dalam tahun itu       tinggi anak perempuan bertambah sekitar 3 inci dan anak lelaki bertambah lebih dari 4 inci.[3] Percepatan pertumbuhan badan juga terjadi dalam berat badan, yakni sekitar 13 kg bagi laki-laki dan 10 bagi perempuan.[4]
·         Perubahan dalam porporsi tubuh
Bagian-bagian tubuh tertentu yang sebelumnya terlalu kecil, pada masa remaja menjadi terlalu besar. Hal ini terlihat jelas pada pertumbuhan tangan dan kaki, yang sering tidak proposional. Peruabhan lain juga terlihat pada ciri-ciri wajah, seperti dahi yang menjadi lebih luas, mulut melebar dan bibir lebih penuh. Di samping itu dalam perubahan struktur karangka, terjadinya percepatan pertumbuhan otot, sehingga mengurangi jumlah lemak dalam tubuh.
·         Perubahan pubertas
Perubahan ini ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Meskipun perubahan ini biasanya mengikuti suatu urutan tertentu, namun urutan dari kematangan seksual tidak sama pada setiap anak, dan terdapat perbedaan individual dalam umur dari perubahan-perubahan tersebut.
·         Perubahan ciri-ciri seks primer
Ciri-ciri seks primer menunjukan pada organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri seks ini berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Perubahan utama ciri-ciri seks laki-laki di tandai dengan terjadinya produksi sperma. Perubahan-perubahan pada ciri-ciri seks pria sngat dipengaruhi oleh hormon, terutama hormon perangsang yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak.
Sementara perempuan ditandai dengan munculnya periode menstruasi.
·         Perubahan ciri-ciri seks sekunder
ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Tanda-tanda jasmaniah ini muncul sabagai konsekuensi dari berfungsinya hormon-hormon. Di antara tanda-tanda jasmaniah yang terllihat pada laki-laki adalah tumbuh kumis, jakun, janggut, bahu dan dada melebar, suara berat,otot-otot menjadi kuat dll. Sementara pada perempuan pinggul membesar, suara menjadi halus dll.

2.      PERKEMBANGAN KOGNITIF
·         Tahap Perkembangan Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif remaja membahas tentang perkembangan remaja dalam berfikir ( proses kognisi/proses menegetahui). Menurut J.J. Piaget, remaja berada pada tahap  operasi formal, yaitu tahap berfikir yang dicirikan dengan kemampuan berfikir secara hipotesis, logis, abstrak, dan ilmiah. Pada usia remaja, operasi-operasi berpikir tidak lagi terbatas pada obyek-obyek konkrit seperti usia sebelumnya, tetapi dapat pula dilakukan pada proposisi verbal ( yang bersifat abstrak) dan kondisi hipotetik (yang bersifat abstrak dan logis).
Menurut Piaget perkembangan kognitif remaja terbagi dalam empat tahap, yaitu:
a)      Tahap sensorimotor (0-2 tahun)
Manusia mengetahui dunia melalui aksi-aksinya terhadap lingkungannya, seperti menyedot, meraih, mengikuti arah dll.
b)      Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Anak-anak mengekploitasi kemampuan yang baru dicapainya serta mengembangkannya.
c)      Tahap operasi konkrit (7-11 tahun)
Anak-anak mulai mampu menggunakan operasi-operasi berpikir karena anak telah mencapai struktur-struktur  logikmatematik.
d)     Tahap operasi formal (11 tahun keatas atau awal remaja hingga dewasa)
Operasi-operasi berpikir tidak lagi terbatas pada obyek-obyek konkrit, tetapi dapat pula pada proposisi verbal dan kondisi hipotetik.[5]
·         Kemampuan Kognitif Remaja
Berbagai penelitian selama dua puluh tahun terakhir dengan menggunakan berbagai pandangan teori juga menemukan gambaran yang konsisten dengan teori piaget yang menyimpulkan bahwa remaja merupakan suatu periode dimana seseorang mulai berpikir secara abstrak dan logik. Berbagai penelitian menunjukan adanya perbedaan yang konsisten antara kemampuan kognitif anak-anak dan remaja. Dibandingkan anak-anak, remaja memiliki kemampuan lebih baik dalam berfikir hipotesis dan logis. Remaja juga lebih mampu memikirkan beberapa hal sekaligus bukan hanya satu, dalam satu saat dan konsep-konsep abstrak, remaja juga dapat berfikir tentang proses berfikirnya sendiri, serta dapat memikirkan hal-hal yang tidak nyata, sebagaimana hal-hal yang nyata untuk menyusun hipotesa atau dugaan.
Menurut Piaget, pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis dari pada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian biologis. Secara lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain.
·         Perubahan Perkembangan Kognitif Remaja
Ada 5 perubahan perkembangan kognitif remaja, yaitu :
1.      Remaja sudah bisa melihat ke depan (future) ke hal-hal yang mungkin, termasuk mengerti keterbatasannya dan memahami realita.
2.      Remaja mampu berpikir abstrak. Kemampuan ini berdampak dan dapat diaplikasikan dalam proses penalaran dan berpikir logis.
3.      Remaja mulai berpikir lebih sering tentang berpikir. Berpikir itu sendiri biasa dikenal dengan istilah metacognition, yaitu monitoring tentang aktivitas kognitifnya sendiri selama proses berpikir menjadikannya introspektif, terkait dengan adolescence egocentrism.
4.      Pemikirannya lebih multidimensional dibandingkan singular karena mampu melihat dari berbagai perspektif dan lebih sensitif pada kata-kata sarkastik, sindiran “double entendres”.
5.      Remaja mengerti hal-hal yang bersifat relatif, tidak selalu absolute dan sering muncul saat remaja meragukan sesuatu dan ditandai dengan seringnya berargumentasi dengan orangtua terutama tentang nilai-nilai moral. [6]

3.      Perkembagnan Psikososial
Pencarian Identitas diri: 
            Tugas utama remaja menurut Erikson adalah melakukan konfrontasi ‘krisis’ dari identity cs identity confusion - dimana remaja sense diri yang kuat, termasuk merasa dihargai dalam masyarakat.[7]
            Pembentukan identitas remaja ini berkaitan dengan penyelesaian 3 msalah utama, yaitu: pilihan pekerjaan, pemakaina nilai dalam hidup, serta kepuasan identitas seksual. Remaja yang mampu mengetasi krisis ini mampu memiliki ‘vitue’: fidelity.
            James E. Marcia menyebutkan bahwa pembentukan identitas diri merupakan suatu proses mengkombinasikan pengalaman, kepercayaan dan identifikasi yang dimiliki pada masa kanak-kanak kepada kesatuan yang unik dan akan semakin lebih atau tidak koheren, yang akan memberikan para dewasa awal baik perasaan baik keterkaitan dengan masa lalu maupun arah bagi masa yang akan datang,[8] mengemukakan 4 identity statuses yang berbeda, yaitu:
1.      Identity Diffussion ( no commitment, no crisis)
Orang yang mengalami kebingungan dalam mencapai identitas.Ia tidak memiliki krisis dan juga tidak memiliki tekad untuk menyelesaikannya.
2.      Foreclosure (commitment without crisis)
Identitas ini ditandai dengan tidak adanya suatu krisis, tetapi ia memiliki komitmen atau tekad. Sehingga individu seringkali berangan-angan tentang apa yang ingin dicapai dalam hidupnya, tetapi seringkali tidak sesuai dengan kenyataan dihadapinya. Akibatnya, ketika individu dihadapkan pada masalah realitas, tidak mampu menghadapi dengan baik. Bahkan kadang-kadang melakukan mekanisme pertahanan diri seperti: rasionalisasi, regresi pembentukan reaksi dan sebagainya.
3.      Moratorium (crisis with no commitment)
Identitas ini ditandai dengan adanya krisis, tetapi ia tidak memiliki kemauan kuat (tekad) untuk menyelesaikan masalah krisis tersebut. Ada dua kemungkinan tipe individu ini, yaitu:
Individu yang menyadari adanya suatu krisis yang harus diselesaikan, tetapi ia tidak mau menyelesaikannya, menunujukan bahwa individu ini cenderung dikuasai oleh prinsip kesenangan dan egoism pribadi. Apa yang dilakukan seringkali menyimpang dan tidak pernah sesuai dengan masalahnya, Akibatnya, ia mengalami situasi perkembangan, artinya seharusnya ia telah mencapai tahap perkembangan yang lebih maju, namun karena ia terus menerus tidak mau menghadapi atau menyelesaikan masalahnya, maka ia hanya dalam tahap itu.
Orang yang memang tidak menyadari tugasnya, namun juga tidak memiliki komitmen. Ada kemungkinan, faktor sosial, terutama dari orang tua kurang memberikan rangsangan yang mengarahkan individu untuk menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya.
4.      Identity achievement (crisis leading to commitment)
Seorang individu dikatakan telah memiliki identitas, jika dirinya telah mengalami krisis dan ia dengan penuh tekad mampu menghadapinya dengan baik. Justru dengan adanya krisis akan mendorong dirinya untuk membuktikan bahwa dirinya mampu menyelesaikannya dengan baik. Walaupun kenyataannya ia harus mengalami kegagalan, tetapi bukanlah akhir dari upaya untuk mewujudkan potensi dirinya.[9]

·         Relasi dengan Keluarga, peer, dan masyarakat
Remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan peer dari pada dengan keluarga. G.Stanley meyakini bahwa usaha remaja untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tubuhnya dan tuntunan menjadi dewasa pada periode ‘storm and stress’ ini membuat remaja mengalami konflik antara generasi. Tidak heran bila adolescent rebellion terjadi.
Seiring dengan ketegangan antara ketergantungan pada orang tua dan keinginan untuk lepas dari orang tua membuat terjadinya konflik dalam keluarga serta pembentukan pola asuh orang tua. pola asuh authoritative dianggap sesuai diterapkan pada anaknya yang remaja.
Menurut Jackie Robinson, sumber pendukung emosional remaja selama menghadapi masa transisi diusia remaja ini adalah keterlibatan dengan peer. peer menjadi sumber kasih sayang, simpati, pemahaman, dan pengarahan moral. Pengaruh peer sangat kuat pada masa remaja ini. Meskipun  peer mendominasi kehidupan remaja, dalam relasi sosialnya remaja tetap menjalin persahabatan secara personal, clique kelompok/perkumpulan, dan berpacaran/romantic relationship. Relasi dengan pacar merangsang emosi yang kuat baik positif dan negaitf, serta berkontribusi pada perkembangan intimacy dan identitas.
Menurut Jackie Robinson, sumber pendukung emosiomal remaja selama menghadapi masa transisi diusia remaja ini adalah keterlibatan dengan peer. Peer menjadi sumber kasih sayang, simpati, pemahaman dan pengarahan moral. Pengaruh peer sangat kuat pada masa remaja ini. Meskipun peer mendominasi kehidupan remaja, dalam relasi sosialnya remaja tetap menjalin persahabatan secara personal, clique, kelomok/perkumpulan, dan berpacaran/romantic relationship. Relasi dengan pacar merangsang emosi yang kuat baik positif dan negative, serta berkontribusi pada perkembangan  intimacy dan identitas.

             
BAB III
IDENTITAS SUBJEK

1.      Subjek Utama
Nama                           : Firda Hanifa
Tempat, tanggal lahir  : Jakarta, 21 Juli 1998
Kelas                           : XI SMA
Sekolah                       : Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Serpong

2.      Orangtua
Nama                           : Ratih Ganingrat
Tempat, tanggal lahir  : Ciamis, 5 Februari 1961
Pekerjaan                     : Ibu Rumah Tangga
 Tempat tinggal            : Jl. Surya kencana. Gg. Kemuning 3 No.91 RT 01/06  
Pamulang Barat – Tangerang Selatan
 Pendidikan Terakhir    : D3 IKIP

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah melakukan penelitian terhadap remaja yang berusia empat belas tahun, yaitu siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Serpong. Terdapat sesuatu yang menjadi hal lumrah dari dalam dirinya. Ditinjau dari aspek fisik, semenjak menginjak usia remaja, Ia sudah mengalami perubahan-perubahan seperti;  tinggi dan berat badan, proporsi tubuh, pubertas, ciri-ciri seks primer yang ditandai dengan menstruasi yang sudah Ia alami sejak berusia 12 tahun, ciri-ciri seks sekunder yang ditandai dengan bentuk tubuh seperti pinggul yang membesar dan suara yang semakin halus.  
Ditinjau dari segi kognitif, Ia mempunyai daya tangkap yang cukup baik dalam menyerap pelajaran atau ilmu-ilmu yang baru. Sang Ibu mengaku, buah hatinya mudah dalam menyerap pelajaran karena sejak kecil Ia sudah diberikan stimulus untuk bisa memahami sesuatu dengan baik. Seperti halnya permainan-permainan edukatif yang diberikan Ibu untuk merangsang otaknya dalam berpikir. Contohnya, puzzle PAS atau semacam permainan menjodohkan angka dengan jumlah bentuk yang ada, permainan monopoli islami, dan sebagainya Jadi, kemampuan kognitifnya yang baik itu ditentukan oleh bagaimana orangtua mendidik anak sejak kecil dengan cara yang baik. Permainan edukatif yang diberikan Ibu sejak kecil membuahkan hasil yang baik ketika Ia remaja. Prestasinya yang baik dalam bidang akademik dibuktikan dengan lomba-lomba yang pernah Ia ikuti sejak duduk di bangku SMP, masuknya Ia ke kelas unggulan ketika SMA, dan aktifnya Ia di dalam kegiatan tari Saman di Sekolahnya.
Berdasarkan aspek terakhir, yaitu aspek psikososial. Dalam menjalani masa remajanya, Ia pun masih sama seperti remaja awal pada umumnya. Menjalankan kegiatan dan pandai bergaul bersama-sama temannya dengan baik. Karena Ia masih berada pada tahap remaja awal,  Ia masih berada juga pada tahap awal pencarian identitas diri, yaitu masih adanya kebimbangan dan keraguan dalam memilih pekerjaan, pemakaian nilai dan norma, juga kepuasan tersendiri yang menjadi sesuatu yang berbeda. Ia menjalankan dan mencari identitas dirinya seiring berjalannya waktu. Hampir sama dengan remaja pada umumnya, memilih sesuatu untuk kehidupan yang akan datang, pasti banyak yang mengalami kebimbangan. Dapat dikatakan bahwa, krisis yang ada pada dirinya adalah dalam pencarian identitas diri. Karena, pencarian identitas diri memerlukan waktu yang tidak sebentar. Ia terus belajar untuk memahami bagaimana kehidupan yang lebih baik kedepannya, yang dapat membuatnya memiliki kepuasan dalam menjalani kehidupan sebagai remaja.


BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kehidupan manusia tidak terlepas dari perkembangan. Mulai dari tahap konsepsi sampai meninggal. Selama tahap itu, juga dilalui masa remaja. Di dalam masa remaja berkembang aspek-aspek fisik, kognitif dan psikososial yang berbeda dari masa anak-anak.
Ketika remaja, seseorang mampu berpikir lebih baik. Memikirkan lebih dari satu hal dalam waktu yang bersamaan. Hal itu menyebabkan, remaja pandai dan mudah menyerap pelajaran dan ilmu-ilmu baru. Pelajaran ini yang jika dikembangkan oleh remaja akan berbuah manis pada masa dewasa. Itu alasan mengapa munculnya kalimat “Jangan sia-siakan waktu muda”. Oleh karena itu, masa remaja baik digunakan untuk belajar dan belajar agar dapat memahami bagaimana kehidupan dan tidak terjadi kegagalan dalam pencarian identitas diri.

B.     Saran
-         Manfaatkan masa remaja dengan baik.
-         Hindarkan diri dari pergaulan-pergaulan yang membawa dalam kerugian.
-         Belajar dengan sebaik-baiknya agar mencapai sukses di masa depan.
-         Berbuat baiklah kepada sesame, guna mencegah terjadinya perkelahian dan pertikaian.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Sarwono, 2004
2.      Diamond & diamond, 1986
3.      Ziger & stevenson, 1993
4.      Melina, 1990
5.      http://aurora11.blogspot.com/2014/01/perkembangan-kognitif-remaja_9.html
6.      http://khildaamaliyah.wordpress.com/2011/05/21/psikologi-perkembangan-remaja/
8.      http://www.academia.edu/4564258/pembentukan_identitas_Diri_Foreclosure_Pada_Remaja_dalam_menempuh_pendidikan_di_pondok_pesantren
9.      http//miemie-psikolog.blogspot.com/2009/09/status-identitas.html



[1] Sarwono, 2004
[2] Diamond & diamond, 1986
[3] Ziger & stevenson, 1993
[4] Melina, 1990
[5] http://aurora11.blogspot.com/2014/01/perkembangan-kognitif-remaja_9.html
[6] http://khildaamaliyah.wordpress.com/2011/05/21/psikologi-perkembangan-remaja/
[8]http://www.academia.edu/4564258/pembentukan_identitas_Diri_Foreclosure_Pada_Remaja_dalam_menempuh_pendidikan_di_pondok_pesantren
[9] http//miemie-psikolog.blogspot.com/2009/09/status-identitas.html

|

Copyright © 2009 ILADIENA ZULFA All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.