(: Welcome to Official Iladiena Zulfa Blog :)

0

Resensi Buku Negeri 5 Menara

Posted by zulfailadiena.blogspot.com on 23.57 in ,


Keterpaksaan yang Menjadi Kesyukuran


Judul Novel                 : Negeri Lima Menara
Pengarang                   : Ahmad Fuadi
Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit                : 2009. Cetakan Pertama
Jumlah Halaman          : xi + 419 halaman

         


   Belajar yang termasuk dalam ibadah dikaitkan kepada hubungan manusia dengan Tuhannya.  Namun, belajar tidak melulu di sekolah atau di perpustakaan, membaca tumpukan buku pelajaran, dan mendengar ceramah dari guru. Belajar di Pondok Pesantren banyak menjadi alternatif atau solusi orang tua untuk mendidik anaknya agar menjadi pribadi yang baik.  Namun, bukan berarti untuk menghilangkan atau mengurangi peran orang tua dalam mendidik anak. Novel Ahmad Fuadi yang berjudul Negeri Lima Menara menjadi salah satu dari sekian banyak novel tentang agama yang menceritakan tentang bagaimana beribadah yang baik, belajar yang tekun hingga dapat mencapai cita-cita.
            Ahmad Fuadi telah memperoleh sebanyak delapan beasiswa pendidikan di dalam dan luar negeri, menjadi wartawan Tempo sampai menjadi wartawan Voice Of America (VOA). Semangat yang luar biasa dari “mantra” sederhana yang Ia dapat ketika bersekolah di Gontor, yaitu  man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh maka Ia akan berhasil. 
Hal utama yang dikemukakan dalam novel ini adalah kisah nyata seorang Ahmad Fuadi dan teman-temannya ketika bersekolah di Pondok Pesantren, mengarungi arus kehidupan dengan penuh semangat, belajar, beribadah, dan tentu juga memperluas tali silaturahmi dengan umat islam.
            Cerita dalam novel ini bermula ketika seorang anak yang bernama Alif Fikri ingin melanjutkan pendidikannya dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke Sekolah Menengah Atas (SMA). Alif memiliki prestasi yang cukup baik karena nilai ujian kelulusanya termasuk sepuluh yang tertinggi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Dengan nilai yang baik itu, Ia ingin melanjutkan pendidikannya di SMA terbaik di Bukittinggi. Namun, kedua orangtuanya menyuruh Ia untuk melanjutkan pendidikannya ke Pondok Madani. Pondok Pesantren yang berlokasi di Ponorogo, Jawa Timur. Hal ini karena orangtua Alif ingin anaknya menjadi pribadi yang pandai dalam pengetahuan tetapi juga agamis. Berkali-kali membantah, tetapi akhirnya Alif menuruti kemauan orangtuanya.
            Berawal dari niat yang setengah-setengah, Alif menikmati sekolahnya di Pondok Madani. Awalnya Ia kaget dengan segala peraturan yang ada. Namun, Ia tetap menaati peraturan yang berlaku. Di Pondok itulah, ia mempunyai empat sahabat yang baik dan selalu berorientasi kepada masa depan. Alif dan sahabat-sahabatnya sering duduk di bawah menara di Pondok Madani. Dari situlah, mereka berkhayal, bermimpi, sambil melihat gumpalan-gumpalan awan yang ada di langit. Belajar dan belajar. Ya, hal itu menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi Alif dan sahabat-sahabatnya. Hingga mereka lulus dengan nilai yang baik dan berhasil mencapai cita-cita.
            Kalimat-kalimat yang bisa terdapat dalam novel ini dapat memotivasi orang lain untuk lebih semangat dalam belajar dan dalam beribadah. Pesan agar tidak meremehkan mimpi dan agar setiap orang dapat menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Selain itu, di dalam novel ini terdapat banyak kata-kata yang asing di telinga kita atau kalimat daerah, tetapi penulis menambahkan keterangan pada catatan kaki sehingga dapat memudahkan pembaca dalam memahami tulisan dalam novel ini.
            Novel ini sangat cocok untuk orang yang sedang menempuh pendidikan, seperti pelajar dan mahasiswa karena dalam novel ini terdapat kisah-kisah yang yang menggelorakan semangat para pembaca. Semangat untuk mewujudkan impian sekaligus memberi keyakinan bahwa kesungguhan akan membuahkan keberhasilan. 

|

Copyright © 2009 ILADIENA ZULFA All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.