(: Welcome to Official Iladiena Zulfa Blog :)

0

AGAMA DAN KEBUDAYAAN: SIMBOL DAN SISTEM SIMBOL

Posted by zulfailadiena.blogspot.com on 23.56 in ,
Oleh: Tasman, M.Si.

Agama, Simbol dan Sistem Simbol
Pengertian Agama menurut Clifford Geertz:(1) Sebuah sistem simbol-simbol yang berlaku untuk (2) menetapkan suasana hati dan motivasi yang kuat, yang meresapi, dan yang tahan lama dalam diri manusia dengan (3) merumuskan konsep-konsep mengenai tatanan umum eksistensi dan (4) membungkus konsep-konsep ini dengan semacam pancaran faktualitas, sehingga (5) suasana hati dan motivasi-motivasi itu tampak realitas.

Susunan Pengetian Agama
Jika diurai satu persatu,maka dapat disusun pengertian agama sebagai berikut:
(1) Pandangan dunia (sistem makna) berupa konsepsi tentang tertib alam dan kehidupan; (2) disposisi mental (sistem nilai) berupa suasana dan motivasi yang kuat, mendalam dan bertahan lama; (3) unsur “ritus” yang melebur dunia nyata dan dunia imajinatif menjadi satu, dengan cara menimbulkan kesan faktual tentang konsep-konsep tersebut, sehingga suasana dan motivasi yang timbul daripadanya terasa realistis; (4) suatu sistem simbol yang menghubungkan dan mengkomunikasikan semua unsur tersebut.

Paham Mengenai Agama
1.      Agama sebagai tindakan ritus:
      Adalah tindakan yang mempersatukan dunia nyata  dan dunia imajinatif dalam bentuk-bentuk simbolik. Tindakan keagamaan terjadi kalau sistem simbolik tersebut diresapi dengan suatu kekuatan dan kewibawaan yang luar biasa. Maka oleh karena itu wujud kekuatan dalam agama berbeda-beda: Dalam agama suku (tribal religion) kekuatan-kekuatan tersebut berasal dari kiasan-kiasan yang dipelihara dalam tradisi. Dalam agama mistik kekuatan-kekuatan tersebut diberikan oleh pengalaman-pengalaman supersensoris. Dalam agama kharismatis kewibawaan yang luar biasa itu dari suatu pribadi yang luar biasa.


2.      Agama sebagai tindakan simbolik:
Yakni rumusan-rumusan simbolik tentang aktualitas terjauh baik dalam artikulasi yang sangat sistematis ataupun dalam gambaran-gambaran fragmentaris yang terputus satu sama lain. Pada tahap ini setiap agama berfungsi sebagai suatu konsepsi umum, menyeluruh dan jelas tentang dunia dan susunan alam dan dapat dipandang sebagai “model tentang (mode of), sebagai manipulasi struktur-struktur simbolik agar menjadi sesuai dengan struktur-struktur non-simbolik yang sudah ada sebelumnya. Dengan demikian pandangan-pandangan harus disusun dan dimanipulasi agar supaya “sesuai” dan dapat menerangkan dunia di mana seseorang hidup.
Agama juga menjadi model untuk (mode for) sebagai suatu tindakan simbolik agama juga berfungsi sebagai seperangkat disposisi mental yang mendalam, yaitu manipulasi stuktur-struktur simbolik agar sesuai dengan keadaan suatu sistem simbolik. Dalam hal ini agama memberikan suatu model, suatu pola, yang menurut pola tersebut para penganut suatu agama harus membentuk hidupnya, dan menyesuaikan tingkah laku mereka.
Sebagai contoh pandawa lima dalam wayang  Jawa; bahwa pandawa lima merupakan lambang tentang (mode of) ke lima indra yang ada pada manusia, yang harus dipersatukan menjadi satu kebulatan psikologis dan kebijaksanaan. Di satu sisi pandawa lima pun berfungsi sebagai model untuk (model for), karena tokoh-tokohnya melambangkan watak-watak tertentu yang harus dicapai seseorang dalam hidupnya, atau harus dihindari dan diawasinya. Seperti arjuna adalah lambang keadilan, yang selalu berjuang melindungi orang orang yang menderita ketidakadilan. Namun demikian, rasa keadilannya membuat Arjuna dapat bertindak keras dan kasar terhadap orang-orang yang dianggapnya melakuan kejahatan.
Oleh karena itu, bahwa sebuah sifat baik manusia--apabila tidak diawasi--dapat membawa berbagai akibat negatif. Dengan demikian moralitas tidak terletak pada masing-masing kebajikan satu persatu, melainkan dalam persatuan semua sifat-sifat tersebut yang saling melengkapi dan saling mengontrol seperti halnya Pandawa Lima.

Rasa

Rasa Tuhan: merupakan kedalaman batin yang hanya bisa dicapai melalui disiplin rohani.  Kebijaksanaan hidup terletak dalam sikap “kebebasan jiwa” yang tidak terpengaruh lagi oleh kegembiraan dan frustasi, gejolak bathin diatur melalui teori-teori spekulatif tentang emosi.***

|

0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 ILADIENA ZULFA All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.