(: Welcome to Official Iladiena Zulfa Blog :)

0

Resensi Buku Negeri 5 Menara

Posted by zulfailadiena.blogspot.com on 23.57 in ,


Keterpaksaan yang Menjadi Kesyukuran


Judul Novel                 : Negeri Lima Menara
Pengarang                   : Ahmad Fuadi
Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit                : 2009. Cetakan Pertama
Jumlah Halaman          : xi + 419 halaman

         


   Belajar yang termasuk dalam ibadah dikaitkan kepada hubungan manusia dengan Tuhannya.  Namun, belajar tidak melulu di sekolah atau di perpustakaan, membaca tumpukan buku pelajaran, dan mendengar ceramah dari guru. Belajar di Pondok Pesantren banyak menjadi alternatif atau solusi orang tua untuk mendidik anaknya agar menjadi pribadi yang baik.  Namun, bukan berarti untuk menghilangkan atau mengurangi peran orang tua dalam mendidik anak. Novel Ahmad Fuadi yang berjudul Negeri Lima Menara menjadi salah satu dari sekian banyak novel tentang agama yang menceritakan tentang bagaimana beribadah yang baik, belajar yang tekun hingga dapat mencapai cita-cita.
            Ahmad Fuadi telah memperoleh sebanyak delapan beasiswa pendidikan di dalam dan luar negeri, menjadi wartawan Tempo sampai menjadi wartawan Voice Of America (VOA). Semangat yang luar biasa dari “mantra” sederhana yang Ia dapat ketika bersekolah di Gontor, yaitu  man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh maka Ia akan berhasil. 
Hal utama yang dikemukakan dalam novel ini adalah kisah nyata seorang Ahmad Fuadi dan teman-temannya ketika bersekolah di Pondok Pesantren, mengarungi arus kehidupan dengan penuh semangat, belajar, beribadah, dan tentu juga memperluas tali silaturahmi dengan umat islam.
            Cerita dalam novel ini bermula ketika seorang anak yang bernama Alif Fikri ingin melanjutkan pendidikannya dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke Sekolah Menengah Atas (SMA). Alif memiliki prestasi yang cukup baik karena nilai ujian kelulusanya termasuk sepuluh yang tertinggi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Dengan nilai yang baik itu, Ia ingin melanjutkan pendidikannya di SMA terbaik di Bukittinggi. Namun, kedua orangtuanya menyuruh Ia untuk melanjutkan pendidikannya ke Pondok Madani. Pondok Pesantren yang berlokasi di Ponorogo, Jawa Timur. Hal ini karena orangtua Alif ingin anaknya menjadi pribadi yang pandai dalam pengetahuan tetapi juga agamis. Berkali-kali membantah, tetapi akhirnya Alif menuruti kemauan orangtuanya.
            Berawal dari niat yang setengah-setengah, Alif menikmati sekolahnya di Pondok Madani. Awalnya Ia kaget dengan segala peraturan yang ada. Namun, Ia tetap menaati peraturan yang berlaku. Di Pondok itulah, ia mempunyai empat sahabat yang baik dan selalu berorientasi kepada masa depan. Alif dan sahabat-sahabatnya sering duduk di bawah menara di Pondok Madani. Dari situlah, mereka berkhayal, bermimpi, sambil melihat gumpalan-gumpalan awan yang ada di langit. Belajar dan belajar. Ya, hal itu menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi Alif dan sahabat-sahabatnya. Hingga mereka lulus dengan nilai yang baik dan berhasil mencapai cita-cita.
            Kalimat-kalimat yang bisa terdapat dalam novel ini dapat memotivasi orang lain untuk lebih semangat dalam belajar dan dalam beribadah. Pesan agar tidak meremehkan mimpi dan agar setiap orang dapat menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Selain itu, di dalam novel ini terdapat banyak kata-kata yang asing di telinga kita atau kalimat daerah, tetapi penulis menambahkan keterangan pada catatan kaki sehingga dapat memudahkan pembaca dalam memahami tulisan dalam novel ini.
            Novel ini sangat cocok untuk orang yang sedang menempuh pendidikan, seperti pelajar dan mahasiswa karena dalam novel ini terdapat kisah-kisah yang yang menggelorakan semangat para pembaca. Semangat untuk mewujudkan impian sekaligus memberi keyakinan bahwa kesungguhan akan membuahkan keberhasilan. 

|
0

Pamer atau Sharing?

Posted by zulfailadiena.blogspot.com on 07.19 in


            Dalam perjalanan ke luar kota, saya dan teman-teman terlibat pembicaraan seru tentang bedanya sharing atau pamer. Semua bermula ketika ada seorang teman kami yang tiba-tiba sering ngetwit dengan tambahan tulisan, ‘Ini adalah sharing bukan pamer’. Contoh twitnya, ‘Mau ketemu xxx untuk ngobrolin trip kami ke Hong Kong. Eh ini sharing lho bukan pamer’.
            Entah apa sebenarnya maksud dari twit tersebut, tapi di zaman ketika semua orang buka-bukaan di dunia digital, batas antara pamer dan sharing jadi tipis banget. Ketika seorang teman yang sedang liburan sibuk ngetwit foto-foto dia, apakah itu pamer? Atau karena semata ingin berbagi ke followers-nya tentang keindahan tempat liburannya tersebut?
            Saya sempat menanyakan perbedaan konsep pamer dan sharing ke teman-teman di twitter. @IsnaArdiyana bilang, ‘Sharing itu minta pendapat yang diajak ngobrol. Kalau pamer Cuma sekedar ngasih tau’. Dua teman saya @verauli dan @astrisoeparyono pendapatnya hampir mirip. Menurut Vera, ‘Sharing for both parties. Pamer for his own’. Sementara kata Astri, ‘Sharing dua belah pihak dapat manfaat, pamer salah pihak dirugikan’. Lalu teman saya yang lain, Ayu menulis, ‘Sharing itu kalau ada info yang berguna buat lawan bicara’.
            Dan semua definisi tadi ada satu kesimmpulan utama, pamer itu untuk kepentingan diri sendiri, sementara sharing dilakukan untuk kepentingan bersama. Ketika seseorang selalu menceritakan kehebatan dirinya, tanpa ada info berguna yang bisa dibagi ke lawan bicaranya, itu biasa disebut pamer. Dalam sharing ada diskusi dan obrolan pun nggak melulu berputar ke orang tertentu saja. Ah tapi tentu saja enggak berarti kita bisa seenaknya mencap seseorang menjadi sombong. Ada seorang teman sayayang memang orang berada. Dia bercerita soal masa kuliahnya di London, kenangan traveling-nya di sekitar Eropa, tanpa bermaksud nyombong. Ya memang dia pingin cerita aja. Celakanya, orang yang kurang kenal sama dia, bisa mencap dia sombong.
            Begitu pula ketika suatu hari saya kenalan sama seorang cowok yang sepanjang pertemuan hanya bercerita seputar prestasi dirinya. Kesan sombong langsung terbentuk di kepala saya. Padahalmungkin kalau saya udah kenal dia dari dulu, obrolan tersebut biasa aja.
            Tapi, ya, kita enggak tahu siapa yang kita ajak ngomong. Makanya, kalau kata pepatah. ‘Mulutmu harimaumu’. Pamer dan sharing itu memang tipis banget bedanya, bukan mulut kita yang berbusa atau jari kita yang pegal ngetwit :D  


dikutip dari : majalah kawanku 

|
175

SOAL UJIAN TES SPMB MANDIRI UIN JAKARTA TAHUN 2013-2014

Posted by zulfailadiena.blogspot.com on 02.39 in , , ,

Alhamdulillahirabbil aalamiin... Berkuliah di UIN Jakarta, tepatnya di konsentrasi Jurnalistik adalah kebanggaanku. Aku sangat senang berkuliah di sana. 
     Tanggal 3 Agustus 2013 lalu, aku dikejutkan oleh website UIN Jakarta yang menampilkan namaku dalam daftar peserta lulus ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Mandiri UIN  Jakarta. 
     Dini hari itu, ketika masih ada pada bulan ramadhan, ibuku membangunkanku jam 3 pagi, padahal saat itu aku sedang berhalangan untuk melaksanakan ibadah puasa. Tapi, ibuku membangunkanku karena mengingatkanku bahwa hari itu adalah tanggal 3 Agustus, tanggal yang sangat aku nanti-nantikan.
      Ya, akupun segera bangun dan melihat handphoneku, kulihat beberapa temanku sudah mengirimkanku sms pertanyaan akan kelulusan masuk UIN Jakarta. Akupun penasaran dan segera membuka laptop dan menyalakan koneksi internetku. Jantungku berdegup cepat, aku merasa degdeg-an, ditambah lagi koneksi internetku yang lambat membuatku tak sabar. Makin banyak sms datang dari teman-temanku dengan pertanyaan yang sama. Bahkan ada yang mengucapkan selamat atas kelulusanku masuk UIN Jakarta, tapi aku masih ragu dan kurang percaya kalau tidak melihat sendiri..
      Detik demi detik berlalu, aku terus bersabar menunggu jalannya koneksi internetku yang lambat. Dan akhirnya terbuka juga halaman daftar peserta lulus Ujian SMPB Mandiri UIN Jakarta. Begitu banyak mahasiswa yang lulus Seleksi itu, halaman demi halaman kulihat dengan jeli, aku juga melihat beberapa nama temanku yang lulus seleksi itu. Dan ketika masuk ke Program Studi Komuniikasi dan Penyiaran Islam, aku melihat namaku, namaku tertera di sana. Aaah alangkah senang hatiku, namaku ada di nomor urut 102. Aku pun bersyukur dan berterimakasih kepada ALLAH SWT karena telah mengabulka do'aku, juga mengabulkan do'a orang-orang yang mendo'akanku. Aku senang, orang tuaku senang, keluargaku, semua temanku juga senang. Walaupun ada beberapa temanku yang tidak lulus dalam seleksi itu, tapi mereka tetap mengucapkan selamat kepadaku. :) 

Oyaa, sebelum mengikuti SPMB Mandiri, aku sempat mencari-cari contoh soal SPMB Mandiri UIN Jakarta tahun-tahun sebelumnya, tapi aku tidak menemukannya di internet. Dan akhirnya pun aku mendapat contoh-contoh soal itu ketika aku mengikuti Bimbingan Test atau BIMTES yang diadakan pihak kampus.
      Tapi sekarang aku mau bagi nih soal SPMB Mandiri ketika aku melakukan test. Mudah-mudahan bermanfaat yaahh..
Bisa langsung download loh, tinggal klik aja link-nya :)   

SOAL SPMB MANDIRI UIN JAKARTA 2013-2014 :
SOAL SPMB MANDIRI UIN JAKARTA - IPS TERPADU
SOAL SPMB MANDIRI UIN JAKARTA - TES POTENSI AKADEMIK (TPA)
SOAL SPMB MANDIRI UIN JAKARTA - BAHASA INDONESIA
SOAL SPMB MANDIRI UIN JAKARTA - BAHASA INGGRIS

atau klik link berikut
https://drive.google.com/drive/folders/1h4yJfu82Nd4vb-nvURTQoAEY_XiVB7-9?usp=sharing


SEMOGA BERMANFAAT :)

|
0

Teks berita singkat - My Citizen Journalism

Posted by zulfailadiena.blogspot.com on 06.10 in ,
Penyerahan Hewan Kurban 



Tangerang Selatan (Selasa, 15 Oktober 2013) - Usai melaksanakan shalat Idul Adha, Walikota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany menyerahkan seekor sapi untuk disembelih kepada Panitia kurban Masjid Al-Mujahidin, Pamulang, Tangerang Selatan. Penyerahan hewan kurban tersebut berlangsung secara simbolis agar masyarakat dapat menyaksikan secara langsung. Dan masyarakat sangat antusias menyaksikan penyerahan hewan kurban tersebut.


Reporter : Iladiena Zulfa 

|
0

Anak-anak dan Masanya.. Rumah Pintar Smarty

Posted by zulfailadiena.blogspot.com on 05.06 in
Menjadi guru. Ya, pekerjaan yang mulia itu sedang aku geluti sambil kuliah ini. Padahal sebenarnya, menjadi guru bukanlah cita-cita atau keinginanku. Aku sangat ingin menjadi Jurnalis, Jurnalis yang hebat yang berwawasan islami. 
Tetapi, ternyata menjadi guru bukanlah hal yang mudah. Aku hanya mengajar anak-anak SD di lingkungan rumahku, dan jujur, aku merasa kesulitan ketika beberapa anak ada yang ngambek  atau sulit diatur. Guru yang profesional pasti tau cara menghadapi masalah semacam itu.  
Aku akui, menjadi guru itu hal yang luar biasa. Aku salut pada mereka (siapapun) yang bercita-cita menjadi guru sejak kecil, mencerdaskan anak-anak bangsa, dan memajukan kondisi IPTEK di negara kita, serta menyebarluaskan, membagi ilmu kepada mereka yang membutuhkan. 
Aku bersyukur, karena di rumahku terdapat tempat bimbel anak-anak.Aku juga dapat ikut mengajar mereka dan mengajak mereka bermain bersama. Pengalamanku, aku telah bisa mengajar murid kelas 1-5 SD, baik dalam pelajaran sekolah, maupun pelajaran mengaji. Aku senang bisa mengajar mereka. Selain menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasankupun ikut bertambah, karena sebenarnya, banyak pelajaran SD yang sudah kulupa, tapi karena mengajar mereka, aku jadi ikut belajar lagi. Ternyata, itu hikmahnya, mengajar berarti tidak berhenti belajar :) 
Mengajar, belajar, bermain bersama, melihat mereka tertawa, aku selalu teringat masa kecilku dulu. Masa kecil dimana yang kutahu hanya belajar dan bermain. Tidak ada masalah yang runyam dan rumit seperti ketika ku beranjak dewasa seperti ini. Tapi sayanng, dunia anak-anak jaman sekarang berbeda dengan jamanku. Dulu, ketika kanak-kanak, aku dan teman-teman senang bermain permainan tradisional, seperti bermain congklak, bekel, taplak gunung, batu tujuh, karet tali, boneka, petak umpet, dan lain sebagainya. Tak dapat kupungkiri bahwa aku sangat merindukan masa kecilku. Andai aku punya kantong doraemon, aku akan masuk mesin waktu dan melihat masa kecilku dulu.. Jamanku kanak-kanak menyenangkan dan penuh keceriaan, aku yakin setiap anak merasakan hal yang sama seperti jaman sekarang. Tapi, ironisnya, anak jaman sekarang lebih senang bermain dengan gadgetnya daripada bermain dengan teman-temannya seperti yang kulakukan dulu bersama teman-temanku. Orang tua merekapun tak segan-segan untuk membelikan gadget mahal untuk anaknya. Padahal, menurutku, itu adalah hal yang tidak baik, karena dapat membuat anak jauh dari lingkungan, sulit untuk bergaul bersama teman-teman sebayanya. 
Aku bersyukur, masih ada tukang odong-odong yang sering lewat depan rumahku, dan memutarkan lagu-lagu anak-anak. Karena dialah orang yang telah melestarikan lagu anak-anak pada masa ini, dimana banyak anak yang lebih suka dengan lagu orang dewasa, lagu yang tidak sesuai dengan umurnya. Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk membimbing anaknya.. 

Kelas Mengaji - Iqro' B




|
0

Perjalanan Hidupku sampai lulus SMP

Posted by zulfailadiena.blogspot.com on 23.23 in
Iladiena Zulfa. Sebuah nama yang sangat kubanggakan. Menurutku, nama ini adalah nama yang paling bagus diantara nama-nama perempuan lain. Alhamdulillah, orang tuaku memberikan nama yang indah untukku J
            Hidupku…
            Aku lahir di Jakarta, tepatnya di Puskesmas Tebet Jakarta Selatan, pada tanggal 19 Mei 1994. Aku bersyukur karena aku lahir bukan di Puskesmas biasa. Aku lahir di Puskesmas yang pelayanannya setara dengan rumah sakit. Ketika aku lahir, orang tuaku sangat senang, saudara-saudaraku pun begitu, karena aku menjadi anak perempuan pertama setelah kelahiran kedua kakak laki-lakiku beberapa tahun silam. Tambah lengkaplah kebahagiaan keluargaku. Aku punya keluarga yang sangat bahagia, kedua orang tua yang menyayangiku, kedua kakak yang menyayangiku dan kedua adik yang juga menyayangiku. Aku anak ke tiga dari lima brsaudara, ayahku adalah seorang guru bahasa inggris, dan ibuku adalah seorang ibu rumah tangga. 
            Mulai sekolah..
            Saat aku berusia 4 tahun, aku bersekolah di TK Islam Al-Islah Pancoran. Di sana, aku mempunyai banyak teman dan guru yang baik. Tapi, dulu itu aku sangat pemalu, aku jarang bergaul dengan teman-temanku, bisa dibilang, aku hanya berbicara jika ada perlu saja, jarang bermain bersama, karena aku lebih senang bermain dengan teman-temanku di sekitar rumah, tetangga-tetanggaku. Cerita sedikit, aku  sangat cengeng waktu TK,  sedikit diledeki atau dijaili sama teman laki-laki, pasti langsung menangis. Dan anehnya, kalau aku menangis, pasti aku muntah. Aneh yaa..
Singkat cerita, aku bersekolah di TK Islam Al-Islah selama dua tahun. Satu tahun kelas TK A dan satu tahun kelas TK B. Setelah selesai belajar di TK tersebut, tepatnya pada tahun 2000, aku bersekolah di SDIT Riadul Jannah Pancoran. Di sana, aku mempunyai teman-teman yang baik. Tapi, aku hanya bersekolah di sana selama 4 bulan atau 1 caturwulan. Hal ini dikarenakan keluargaku harus pindah rumah ke Pondok Aren.  Kami pun tinggal di Perumahan Jurang Mangu Indah (PJMI) dan aku bersekolah di SDN Pondok Betung 01. Setiap hari aku berangkat ke sekolah bersama kakakku dengan mengendarai sepeda, saat itu kakakku kelas 5 SD. Di sekolahku tidak diwajibkan memakai jilbab untuk anak perempuan, tapi orang tuaku mengajarkanku untuk menutup aurat sejak dini. Jadi, walaupun aku bersekolah di Sekolah Negeri, aku tetap mengenakan jilbab. Saat itu, hanya ada 2 anak perempuan yang mengenakan jilbab di sekolahku, aku dan seorang kakak kelasku, ia duduk di kelas 6 SD. Namun, ketika aku naik ke kelas 2 dan kakak kelasku itu lulus, hanya aku seorang yang mengenakan jilbab di sekolah itu. Guru-guru perempuan pun tidak ada yang mengenakan jilbab, padahal mereka muslimah. Suatu hari, ada pergantian kepaka sekolah di sekolahku, semula, kepala sekolahku adalah seorang laki-laki bernama Djamhari. Setelah pergantian kepala sekolah, kepala sekolahku adalah seorang perempuan bernama Yayuk Sri Rahayu. Beliau juga tidak mengenakan jilbab. Ajaib, sebuah hidayah datang kepadanya ketika beliau menjadi kepala sekolah. Beliau mengenakan jilbab. Dan betapa senang hatiku, ternyata beliau mengenakan jilbab karena beliau terkesan denganku, anak-anak yang sudah mengenakan jilbab. Itu cerita dari ibuku. Ibu Yayuk menceritakannya pada ibuku. Aku senang sekali….., beliau sangat baik dan ramah terhadapku, beliau sering memanggilku dengan sebutan ‘Ila’, nama depanku. Sementara teman-temanku memanggilku dengan sebutan ‘zulfa’, nama belakangku.Teman-temanku sangat baik, mereka teteap menemaniku, mengajakku belajar bersama, bermain, dan segala hal. Walaupun mereka tidak berjilbab, tapi mereka mempunyai toleransi yang cukup tinggi. Mereka tidak mengejekku atau meledekku.
Ada lagi nih hal yang harus ku ceritakan, aku juga mengikuti kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) di masjid dekat rumahku, tepatnya di masjid AN-Nur. Di sana aku belajar agama, mengaji dan menghafal juz amma. Setiap tahun, tepatnya di bulan ramadhan, aku selalu mengikuti acara ‘Pesantren Kilat’ di masjid itu. Aku juga pernah mengikuti lomba tahfidz Qur’an yang diadakan oleh DKM Masjid An-Nur dan diadakan oeh DKM Masjid Jami Bintaro. Tapi aku tidak menjadi pemenang dalam perlombaan tersebut. Tak apa lah, berpartisipasi dalam lomba tersebut saja sudah membuatku senang dan bangga dengan diriku sendiri J
Hari-hari terus berlalu. Tak terasa aku sudah kelas 4 SD. Ketika naik ke kelas 5 SD. Aku harus pindah rumah lagi ke Pamulang,. Hal itu dikarenakan pekerjaan orang tuaku. Aku pun tinggal di Reni Jaya Pamulang dan bersekolah di SD Islam Arraisiyah. Anehnya, di sekolah tersebut anak peremouan tidak diwajibkan mengenakan jilbab, padahal itu sekolah berlabel islam. Tapi, aku tetap mengenakan jilbab di sekolah tersebut. Hari-hari di sekolah tersebut sangat berbeda dengan di sekolahku sebelumnya. Hanya hari-hari pertama aku sekolah, teman-teman baik dan ramah kepadaku. Namun, agak lama aku bersekolah di sana, teman-teman tidak menyukaiku. Alasannya aneh, itu karena aku mengenakan jilbab L. Memang, hanya sedikit temanku yang mengenakan jilbab di sekolah tersebut. Mereka sering mengejekku, sok alim, sok cantik, atau apa lah. Bahkan aku pernah bertengkar dengan temanku karena aku membela teman karibku yang ia ejek. Dan aku selalu yang kalah, pasti aku menangis. Aku sedih sekali, aku rindu pada teman-temanku di sekolahku sebelumnya.  Dua tahun aku  bersekolah di sana. Hanya sedikit kesan baik yang melekat pada diriku.
Hari-hari berlalu. Ketika akhir-akhir di kelas enam, teman-teman meminta maaf kepadaku. Tak ada lagi pertengkaran dan ejekan, kerena beberapa teman karibku akhirnya mengenakan jilbab pula. Aku senang kegiaatanku di sekolah berakhir dengan bahagia. Dan ketika hari pelepasan siswa kelas 6, aku berhasil membawakan pidato bahasa inggris.
Ceritaku cukup panjang juga ya..
Setelah lulus dari SD Islam Arraisiyah, aku melanjutkan proses pembelajaranku ke MTs. Pesantren Pertanian Darul Fallah Bogor, tepatnya pada tahun 2006. Aku sudah harus bisa hidup mandiri ketika masih berumur 12 tahun. Aku tinggal di asrama, dan mempunyai 7 teman dalam sekamar. Tapi, masih banyak temanku yang di kamar lain dan yang tidak berasrama. Di sana, aku belajar pelajaran agama, pelajaran umum, dan pelajaran bertani. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, aku dan teman-teman pergi ke lahan/ladang untuk bertani. Kami pernah menanam sayuran kacang panjang, sayur bayam, sayur kangkung, jagung, dan lain sebagainya. Aku sangat senang bisa bersekolah disana. Ketika acara maulid nabi, aku mengikuti lomba tahfidz Al-Qur’an, seperti yang ku ikuti ketika masih SD. Aku menghafal beberapa surat pendek dalam juz amma. Dan hal yang paling menyenangkan lagi, aku menjadi pemenang dalam perlombaan tersebut. Aku juara pertama. Alhamdulillah J. Itu adalah pertama kali aku memenangkan lomba.
Tinggal di asrama itu sangat menyenangkan. Aku jadi tahu bagaimana harus  mengatur kehidupanku sendiri. Memahami satu sama lain dalam asrama dan sekolah. Memahami berbagai budaya yang teman-temanku bawa dari tempat tinggalnya. Teman-temanku banyak sekali, mereka jauh-jauh belajar ke sekolah tersebut untuk menuntut ilmu. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Ada yang dari Palembang, Padang, Pontianak, Lampung, Bali, Aceh, Medan, dan masih banyak lagi. Yaa.. tentunya Jabodetabek juga.  Ingin rasannya, aku belajar bahasa daerah mereka, tapi tidak sempat, dan karena di sekolahku tidak diperbolehkan memakai bahasa daerah. Kami hanya di perbolehkan berbicara dengan bahasa arab atau inggris. Kalaupun belum bisa kedua bahasa tersebut, kami hanya boleh menggunakan bahasa Indonesia. Tidak bahasa daerah seperti sunda, jawa, batak dan sebagainya. Karena tinggal bersama, aku dan teman-temanku smenjadi seperti sebuah keluarga, dan ibu asrama sebagai ibu kami di sana. Kami selalu belajar bersama, bermain dan selalu memecahkan sebuah masalah dengan kepala dingin. Bisa dikatakan, kami sering bertengkar, tapi kami selalu bisa menyelesaikan maaslah kami dengan baik. Aku senang bersekolah di sana, tapi aku sedih karena aku jarang bertemu dengan orangtuaku. Walaupun setiap bulan orangtuaku menjengukkku, tapi kurasa itu masih kurang untuk melampiaskan rasa rinduku pada orangtuaku.
Tak terasa tiga tahun aku belajar di sana. Semua berjalan dengan baik. Aku pun lulus dengan nilai yang baik. Semua berkat usaha, kerja keras dan doaku, dan juga do’a orang-orang yang mendo’akanku.

|

Copyright © 2009 ILADIENA ZULFA All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.