0
Pamer atau Sharing?
Posted by zulfailadiena.blogspot.com
on
07.19
in
Intermesso
Dalam
perjalanan ke luar kota, saya dan teman-teman terlibat pembicaraan seru tentang
bedanya sharing atau pamer. Semua
bermula ketika ada seorang teman kami yang tiba-tiba sering ngetwit dengan
tambahan tulisan, ‘Ini adalah sharing bukan pamer’. Contoh twitnya, ‘Mau ketemu
xxx untuk ngobrolin trip kami ke Hong Kong. Eh ini sharing lho bukan pamer’.
Entah
apa sebenarnya maksud dari twit tersebut, tapi di zaman ketika semua orang
buka-bukaan di dunia digital, batas antara pamer dan sharing jadi tipis banget. Ketika seorang teman yang sedang liburan
sibuk ngetwit foto-foto dia, apakah itu pamer? Atau karena semata ingin berbagi
ke followers-nya tentang keindahan
tempat liburannya tersebut?
Saya
sempat menanyakan perbedaan konsep pamer dan sharing ke teman-teman di twitter. @IsnaArdiyana bilang, ‘Sharing itu minta pendapat yang diajak
ngobrol. Kalau pamer Cuma sekedar ngasih tau’. Dua teman saya @verauli dan
@astrisoeparyono pendapatnya hampir mirip. Menurut Vera, ‘Sharing for both parties. Pamer for his own’. Sementara kata Astri,
‘Sharing dua belah pihak dapat
manfaat, pamer salah pihak dirugikan’. Lalu teman saya yang lain, Ayu menulis,
‘Sharing itu kalau ada info yang
berguna buat lawan bicara’.
Dan
semua definisi tadi ada satu kesimmpulan utama, pamer itu untuk kepentingan
diri sendiri, sementara sharing
dilakukan untuk kepentingan bersama. Ketika seseorang selalu menceritakan
kehebatan dirinya, tanpa ada info berguna yang bisa dibagi ke lawan bicaranya,
itu biasa disebut pamer. Dalam sharing
ada diskusi dan obrolan pun nggak melulu berputar ke orang tertentu saja. Ah
tapi tentu saja enggak berarti kita bisa seenaknya mencap seseorang menjadi
sombong. Ada seorang teman sayayang memang orang berada. Dia bercerita soal
masa kuliahnya di London, kenangan traveling-nya di sekitar Eropa, tanpa
bermaksud nyombong. Ya memang dia pingin cerita aja. Celakanya, orang yang
kurang kenal sama dia, bisa mencap dia sombong.
Begitu
pula ketika suatu hari saya kenalan sama seorang cowok yang sepanjang pertemuan
hanya bercerita seputar prestasi dirinya. Kesan sombong langsung terbentuk di
kepala saya. Padahalmungkin kalau saya udah kenal dia dari dulu, obrolan
tersebut biasa aja.
Tapi,
ya, kita enggak tahu siapa yang kita ajak ngomong. Makanya, kalau kata pepatah.
‘Mulutmu harimaumu’. Pamer dan sharing
itu memang tipis banget bedanya, bukan mulut kita yang berbusa atau jari kita
yang pegal ngetwit :D
dikutip dari : majalah kawanku
Posting Komentar