0
Ideologi dan Perannya Sebagai Sistem Budaya
Oleh: Tasman, M.Si.
Salah satu pertanyaan yang sangat menarik adalah apakah “common
sense” sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan budaya sekelompok orang?
Apakah “common sense” sebagai suatu sistem budaya sudah dapat
menggantikan fungsi sistem budaya lainnya seperti agama, kesenian, ilmu
pengetahuan atau ideologi?
Kelemahan
common sense”
Salah satu sistem budaya---selalu harus memeunhi fungsinya sebagai sistem/pengetahuan/pandangan
dunia dan sistem nilai.
Pengetahuan yang diberikan “common sense” adalah pengetahuan yang
dianggap given yang terdiri dari kepercayaan-kepercayaan yang tidak tercapai
dan diorganisasikan dengan konsep-konsep informal.Sehingga seseorang yang
memerlukan pengetahuan yang teruji, harus menggunakan peralatan lain yang tidak
disediakan oleh “common sense”, seperti ilmu pengetahuan, agama, dan ideologi.
Sementara itu, dengan Ilmu pengetahuan seseorang dimungkinkan
melakukan pengujian dan kritik terhadap pengetahuannya, dengan bantuan
konsep-konsep formal yang terdapat dalam tiap disiplin ilmu pengetahuan
Agama mampu meberikan “mood” yang bertahan lama dan motivasi yang
kuat. Dalam agama perbedaan antara konsepsi dan kenyataan menjadi tipis atau
hilang, sehingga motif dan suasana yang timbul daripadanya terkesan sangat
realistis
Ideologi
Seperangkat kepercayaan yang bersifat koheren dan komprehensif yang
menguasai dan menetukan semua pertimbangan uUntuk memperjelas pengetian
ideologi akan dibedakan melalui ide dengan kepercayaan. Ide berurusan dengan
ada tidaknya realitas (fact or reality). Dengandemikian sifatnya rasional dan
teoritis.
Kepercayaan ialah dorongan-dorongan yang muncul dari suatu realitas
tertentu, disertai ikatan emosional yang kuat. Oleh karena itu, sekalipun suatu
kepercayaan disusun dalam bentuk suatu teori, wataknya yang sebenarnya hanyalah
teori yang semu, suatu parateori.
Karl Manheim Tentang Ideologi
Tiap pemikiran sosial politik tidak pernah merupakan suatu refleksi
yang netral melainkan selalu berhubungan dengan situasi sosial sang pemikir
sendiri, dan bahkan merupakan refleksi situasi tertentu. Dalam pengertian ini
ide sosial politik selalu bersifat ideologis. Dalam arti ini ideologi adalah
bayangan kabur yang menyelubungi sustu ide dan karena itu harus disingkirkan.
Dalam arti ini, ideologi mirip dengan suatu penipuan, dengan
perbedaan bahwa seseorang yang menipu akan mengacaukan orang lain sambil
menjaga agar pikirannya sendir tetap benar.
Sedangkan
seseorang yang berfikir ideologis mengacaukan pikiran orang lain dan mengacaukan
pikirannya sendiri.
Kecenderungan Ideologi
1.
Bersifat
separatis karena selalu dengan tegas berusaha memisahkan ingroup (kita) dari
outgroup (mereka).
2.
Bersifat
alienatif kerena cenderung menimbulkan pandangan yang berlebih-lebihan—dan
karena itu salah—tentang kenyataan ingroup dan outgroup.
3.
Bersifat
doktriner karena cenderung mengklaim memiliki seluruh kebenaran politik dan
menolak kompromi.
4.
Bersifat
totalistis karena bertujuan mengatur dan menyusun seluruh tata masyarakat dan
budaya menurut cita-citanya.
5.
Bersifat
futuristis karena mengarahkan diri pada suatu titik masa depan yang bersifat
utopis, di mana seluruh harapannya terpenuhi
Kenapa Ideologi
Penting?
Clifford
Geertz, kebutuhan akan ideologi terkait dengan teori kepentingan dan ketegangan.
Dalam teori kepentingan merupakan Ideologi sebuah topeng atau senjata yang
dipergunakan untuk mengejar keuntungan, khususnya kekuasaan.
Dalam
teori ketegangan Ideologi adalah simptom atau obat untuk mengobati
ketidaksimbangan sosio-psikologis, atau untuk menghindari kecemasan
Teori
Kepentingan
Teori kepentingan lahir dari asumsi sosiologis bahwa dalam tiap
masyarakat ada kelompok-kelompok (kelas-kelas) dengan kepentingannya sendiri,
di mana ide dan gagasan yang diajukan oleh tiap kelompok tersebut harus selalu
dilihat dalam kaitan dengan kepentingan atau kepentingan kelasnya.
Sebaliknya, setiap gagasan—khususnya gagasan politik—harus
diperlakukan sebagai alat atau senjata untuk mewujudkan kepentingan politik,
dengan cara merebut kekuasaan dan menggunakannya untuk “memaksakan” terwujudnya
masyarakat yang sesuai dengan cita-cita sosial-politiknya.
Kritik utama kepada teori ini ialah bahwa dia telah melakukan
penyempitan luar biasa terhadap fungsi ideologi yang harus dipahami hanya
sebagai alat untuk mewujudkan kepentingan kelompok atau kepentingan kelas.
Fungsi ideologi yakni medefinisikan (secara jelas atau kabur)
kategori-kategori sosial, memperkuat (atau memperlemah) konsensus sosial, mengurangi
(atau menambah) ketegangan sosial --- fungsi ini praktis diabaikan sama sekali
dalam teori kepentingan tentang ideologi
Teori Ketegangan
Teori ketegangan tentang ideologi lahir dari asumsi tentang
malintegrasi dalam masyarakat, bahwa tidak ada lembaga atau pranata sosial yang
mampu berhasil mengatasi masalah yang muncul dan fungsi yang justru harus
dilaksanakan oleh lembaga tersebut.
Masalah itu sebagian besar muncul dari berbagai tujuan lembaga
sosial yang mengandung kepentingan yang dapat bertentangan satu sama lain;
antara kemerdekaan dan tertib politik, antara stabilitas dan perubahan, antara
efisiensi dan perikemanusiaan, antara presisi dan fleksibilitas, dan
seterusnya.
Akibatnya, muncul pula “role expection” yang saling bertentangan
atau satu sama lain, yang pada tingkat individual nampak dalam bentuk
kegelisahan pribadi (personal insecurity), dan pada tingkat sosial muncul dalam
bentuk kontradiksi sosial atau perkembangan-perkembangan yang konsisten satu
sama lain.
Peranan Ideologi dalam Berhadapan Dengan Ketegangan
Ideologi
dapat memainkan peranan katarsis, di mana ketegangan emosional dapat tersingkir
dengan cara mencari kambing hitam sebagai penyebab timbulnya, dan sebab-sebab
itu diperlihatkan dalam wujud musuh-musuh simbolik (kontra refolusioner,
liberal, modal asing, kelompok ekstrim kiri atau kanan, dan sebagainya.
Ideologi
dapat juga memainkan suatu pesan moral, dengan cara menyangkal samasekali (atau
mengelabui) adanya ketegangan yang ada atau malah melegitimasikan
ketegangan-ketegangan tersebut dengan nilai-nilai yang lebih tinggi.
Dalam
peranan “solidarity making” suatu ideologi berperan mempersatukan suatu
kelompok atau suatu kelas, dengan merelativisir perbedaan perbedaan yang
muncul, dengan cara memberi suatu orientasi serta tujuan ideologis yang sama.
Dalam
kasus Indonesia, Pancasila memainkan peran “solidarity making” yang luar biasa.
Namun demikian, ketegangan-ketegangan
yang ada tidak selalu disingkirkan (atau ditekan) berdasarkan tujuan ideologis
yang sama, melainkan dapat juga dihilangkan dengan mengungkapkannya secara
terbuka, dan menyatakan berpihak dengannya.
Pada
titik ini sebuah ideologi akan memainkan peranan pembela (advovatory role).
Ketegangan kemudian dipertegas, dan mendapat perhatian publik dan karena itu
tidak dapat lagi diabaikan terus menerus.
Dalam
artian ini tanpa nasionalisme, kemedekaan dan nasib negara-negara Dunia Ketiga
tidak akan secepat itu mendapat perhatian internasional, atau tanpa marxisme
para buruh tidak akan mengalami perbaikan secepat yang kita alami sekarang
Perbandingan Pandangan Dunia
Ilmu pengetahuan berdiri di atas konsistensi intern berupa hubungan
yang dapat disatukan secara logis antara berbagai pikiran yang menjadi unsur
sebuah pemikiran, dan konsistensi extern berupa hubungan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara empiris antara pikiran/pengetahuan dan kenyataan
objektif yang diketahui. Asanya adalah keterujian, termasul menguji apakah
“seeming” sama dengan “being”.
“Common sense” tidak berdiri di atas asas keterujian melainkan
kegunaan praktis pengetahuan. Pengetahuan tidak diuju tetapi diterima begitu
saja dengan akibat bahwa pengetahuan tersebut penuh dengan inkonsistensi, baik
intern maupun exstern. Seeming dianggap sama dengan being.
Estetika Estetika tidak berurusan dengan being tetapi hanya
bersibuk dengan penampakan dengan mengubah gejala kenyataan menjadi penampakan.
Estetika sebetulnya mengubah seluruh being menjadi seeming.
Agama sebaliknya mengubah semua penampakan menjadi kenyataan, dan
bahkan memberi pendasaran terhadap seluruh kenyataan dengan menunjuk adanya
kenyataan terakhir (ultimate reality) yang menjadi sumber dan pembenaran semua
kenyataan lainnya.
Ideologi
Ideologi mempunyai kedudukan yang sangat khusus. Ideologi tidak
banyak berurusan dengan penampakan dan kenyataan, melainkan mengubah perasaan
menjadi makna, mentransfer formasi sentiment menjadi significance, feeling
menjadi meening.
Dengan demikian, kalau dalam ilmu kita berurusan dengan kebenaran
hipotetis, kalau dalam agama kita berurusan dengan kebenaran kategoris, kalau
dalam seni kita berurusan dengan keindahan, kalau dalam “common sence” kita
berurusan dengan kebenaran ad hoc dan pragmatis, maka dalam ideologi kita
berurusan dengan keterlibatan, semangat, keberpihakan, dan “moral passion”
Posting Komentar