Iladiena Zulfa. Sebuah nama yang sangat kubanggakan.
Menurutku, nama ini adalah nama yang paling bagus diantara nama-nama perempuan
lain. Alhamdulillah, orang tuaku memberikan nama yang indah untukku J
Hidupku…
Aku lahir di Jakarta,
tepatnya di Puskesmas Tebet Jakarta Selatan, pada tanggal 19 Mei 1994. Aku
bersyukur karena aku lahir bukan di Puskesmas biasa. Aku lahir di Puskesmas
yang pelayanannya setara dengan rumah sakit. Ketika aku lahir, orang tuaku
sangat senang, saudara-saudaraku pun begitu, karena aku menjadi anak perempuan
pertama setelah kelahiran kedua kakak laki-lakiku beberapa tahun silam. Tambah lengkaplah
kebahagiaan keluargaku. Aku punya keluarga yang sangat bahagia, kedua orang tua
yang menyayangiku, kedua kakak yang menyayangiku dan kedua adik yang juga menyayangiku.
Aku anak ke tiga dari lima brsaudara, ayahku adalah seorang guru bahasa
inggris, dan ibuku adalah seorang ibu rumah tangga.
Mulai
sekolah..
Saat aku berusia 4
tahun, aku bersekolah di TK Islam Al-Islah Pancoran. Di sana, aku mempunyai
banyak teman dan guru yang baik. Tapi, dulu itu aku sangat pemalu, aku jarang
bergaul dengan teman-temanku, bisa dibilang, aku hanya berbicara jika ada perlu
saja, jarang bermain bersama, karena aku lebih senang bermain dengan
teman-temanku di sekitar rumah, tetangga-tetanggaku. Cerita sedikit, aku sangat cengeng waktu TK, sedikit diledeki atau dijaili sama teman
laki-laki, pasti langsung menangis. Dan anehnya, kalau aku menangis, pasti aku
muntah. Aneh yaa..
Singkat cerita, aku bersekolah di TK Islam Al-Islah
selama dua tahun. Satu tahun kelas TK A dan satu tahun kelas TK B. Setelah
selesai belajar di TK tersebut, tepatnya pada tahun 2000, aku bersekolah di
SDIT Riadul Jannah Pancoran. Di sana, aku mempunyai teman-teman yang baik.
Tapi, aku hanya bersekolah di sana selama 4 bulan atau 1 caturwulan. Hal ini
dikarenakan keluargaku harus pindah rumah ke Pondok Aren. Kami pun tinggal di Perumahan Jurang Mangu
Indah (PJMI) dan aku bersekolah di SDN Pondok Betung 01. Setiap hari aku
berangkat ke sekolah bersama kakakku dengan mengendarai sepeda, saat itu
kakakku kelas 5 SD. Di sekolahku tidak diwajibkan memakai jilbab untuk anak
perempuan, tapi orang tuaku mengajarkanku untuk menutup aurat sejak dini. Jadi,
walaupun aku bersekolah di Sekolah Negeri, aku tetap mengenakan jilbab. Saat
itu, hanya ada 2 anak perempuan yang mengenakan jilbab di sekolahku, aku dan
seorang kakak kelasku, ia duduk di kelas 6 SD. Namun, ketika aku naik ke kelas
2 dan kakak kelasku itu lulus, hanya aku seorang yang mengenakan jilbab di
sekolah itu. Guru-guru perempuan pun tidak ada yang mengenakan jilbab, padahal
mereka muslimah. Suatu hari, ada pergantian kepaka sekolah di sekolahku,
semula, kepala sekolahku adalah seorang laki-laki bernama Djamhari. Setelah
pergantian kepala sekolah, kepala sekolahku adalah seorang perempuan bernama
Yayuk Sri Rahayu. Beliau juga tidak mengenakan jilbab. Ajaib, sebuah hidayah
datang kepadanya ketika beliau menjadi kepala sekolah. Beliau mengenakan
jilbab. Dan betapa senang hatiku, ternyata beliau mengenakan jilbab karena
beliau terkesan denganku, anak-anak yang sudah mengenakan jilbab. Itu cerita
dari ibuku. Ibu Yayuk menceritakannya pada ibuku. Aku senang sekali….., beliau
sangat baik dan ramah terhadapku, beliau sering memanggilku dengan sebutan
‘Ila’, nama depanku. Sementara teman-temanku memanggilku dengan sebutan ‘zulfa’,
nama belakangku.Teman-temanku sangat baik, mereka teteap menemaniku, mengajakku
belajar bersama, bermain, dan segala hal. Walaupun mereka tidak berjilbab, tapi
mereka mempunyai toleransi yang cukup tinggi. Mereka tidak mengejekku atau
meledekku.
Ada lagi nih hal yang harus ku ceritakan, aku
juga mengikuti kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) di masjid dekat
rumahku, tepatnya di masjid AN-Nur. Di sana aku belajar agama, mengaji dan
menghafal juz amma. Setiap tahun, tepatnya di bulan ramadhan, aku selalu
mengikuti acara ‘Pesantren Kilat’ di masjid itu. Aku juga pernah mengikuti
lomba tahfidz Qur’an yang diadakan oleh DKM Masjid An-Nur dan diadakan oeh DKM
Masjid Jami Bintaro. Tapi aku tidak menjadi pemenang dalam perlombaan tersebut.
Tak apa lah, berpartisipasi dalam lomba tersebut saja sudah membuatku
senang dan bangga dengan diriku sendiri J
Hari-hari terus berlalu. Tak terasa aku sudah kelas 4
SD. Ketika naik ke kelas 5 SD. Aku harus pindah rumah lagi ke Pamulang,. Hal
itu dikarenakan pekerjaan orang tuaku. Aku pun tinggal di Reni Jaya Pamulang
dan bersekolah di SD Islam Arraisiyah. Anehnya, di sekolah tersebut anak
peremouan tidak diwajibkan mengenakan jilbab, padahal itu sekolah berlabel islam.
Tapi, aku tetap mengenakan jilbab di sekolah tersebut. Hari-hari di sekolah
tersebut sangat berbeda dengan di sekolahku sebelumnya. Hanya hari-hari pertama
aku sekolah, teman-teman baik dan ramah kepadaku. Namun, agak lama aku
bersekolah di sana, teman-teman tidak menyukaiku. Alasannya aneh, itu karena aku
mengenakan jilbab L. Memang, hanya sedikit temanku yang
mengenakan jilbab di sekolah tersebut. Mereka sering mengejekku, sok alim, sok
cantik, atau apa lah. Bahkan aku pernah bertengkar dengan temanku karena
aku membela teman karibku yang ia ejek. Dan aku selalu yang kalah, pasti aku
menangis. Aku sedih sekali, aku rindu pada teman-temanku di sekolahku
sebelumnya. Dua tahun aku bersekolah di sana. Hanya sedikit kesan baik
yang melekat pada diriku.
Hari-hari berlalu. Ketika akhir-akhir di kelas enam,
teman-teman meminta maaf kepadaku. Tak ada lagi pertengkaran dan ejekan, kerena
beberapa teman karibku akhirnya mengenakan jilbab pula. Aku senang kegiaatanku
di sekolah berakhir dengan bahagia. Dan ketika hari pelepasan siswa kelas 6,
aku berhasil membawakan pidato bahasa inggris.
Ceritaku cukup panjang juga ya..
Setelah lulus dari SD Islam Arraisiyah, aku
melanjutkan proses pembelajaranku ke MTs. Pesantren Pertanian Darul Fallah
Bogor, tepatnya pada tahun 2006. Aku sudah harus bisa hidup mandiri ketika masih
berumur 12 tahun. Aku tinggal di asrama, dan mempunyai 7 teman dalam sekamar.
Tapi, masih banyak temanku yang di kamar lain dan yang tidak berasrama. Di
sana, aku belajar pelajaran agama, pelajaran umum, dan pelajaran bertani.
Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, aku dan teman-teman pergi ke
lahan/ladang untuk bertani. Kami pernah menanam sayuran kacang panjang, sayur
bayam, sayur kangkung, jagung, dan lain sebagainya. Aku sangat senang bisa
bersekolah disana. Ketika acara maulid nabi, aku mengikuti lomba tahfidz
Al-Qur’an, seperti yang ku ikuti ketika masih SD. Aku menghafal beberapa surat
pendek dalam juz amma. Dan hal yang paling menyenangkan lagi, aku menjadi
pemenang dalam perlombaan tersebut. Aku juara pertama. Alhamdulillah J. Itu adalah pertama kali aku memenangkan
lomba.
Tinggal di asrama itu sangat menyenangkan. Aku jadi
tahu bagaimana harus mengatur
kehidupanku sendiri. Memahami satu sama lain dalam asrama dan sekolah. Memahami
berbagai budaya yang teman-temanku bawa dari tempat tinggalnya. Teman-temanku
banyak sekali, mereka jauh-jauh belajar ke sekolah tersebut untuk menuntut
ilmu. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Ada yang dari
Palembang, Padang, Pontianak, Lampung, Bali, Aceh, Medan, dan masih banyak
lagi. Yaa.. tentunya Jabodetabek juga.
Ingin rasannya, aku belajar bahasa daerah mereka, tapi tidak sempat, dan
karena di sekolahku tidak diperbolehkan memakai bahasa daerah. Kami hanya di
perbolehkan berbicara dengan bahasa arab atau inggris. Kalaupun belum bisa
kedua bahasa tersebut, kami hanya boleh menggunakan bahasa Indonesia. Tidak
bahasa daerah seperti sunda, jawa, batak dan sebagainya. Karena tinggal
bersama, aku dan teman-temanku smenjadi seperti sebuah keluarga, dan ibu asrama
sebagai ibu kami di sana. Kami selalu belajar bersama, bermain dan selalu
memecahkan sebuah masalah dengan kepala dingin. Bisa dikatakan, kami sering
bertengkar, tapi kami selalu bisa menyelesaikan maaslah kami dengan baik. Aku
senang bersekolah di sana, tapi aku sedih karena aku jarang bertemu dengan
orangtuaku. Walaupun setiap bulan orangtuaku menjengukkku, tapi kurasa itu
masih kurang untuk melampiaskan rasa rinduku pada orangtuaku.
Tak
terasa tiga tahun aku belajar di sana. Semua berjalan dengan baik. Aku pun
lulus dengan nilai yang baik. Semua berkat usaha, kerja keras dan doaku, dan
juga do’a orang-orang yang mendo’akanku.
|