0
Tentang Mereka yang Bermain Seadanya
Posted by zulfailadiena.blogspot.com
on
21.36
Rindu Pada Lapangan
Tidak semua anak-anak mendapatkan hak-haknya termasuk hak bermain dan menikmati fasilitas
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Jangankan untuk bermain di sebuah
taman asri yang sering ditayangkan di televisi, beberapa lapangan sepak bola
yang berada di sekitar rumah mereka pun kini berubah menjadi sebuah kompleks
perumahan, pertokoan, dan pabrik. Seperti anak-anak yang tinggal di wilayah
penyanggah Ibu Kota Jakarta, di Pamulang, Tangerang Selatan dan Parung
Panjang, Bogor.
Seperti yang dialami Zainal
(11) yang mengaku senang bisa bermain apa saja di sekitar tumpukan sampah atau
yang kerap disebut Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Di sana, Ia bisa bermain
layang-layang, sepak bola ataupun melompati truk sampah yang terparkir di TPA
tersebut.
Tidak hanya Zainal, seorang
anak yang tinggal di pinggir rel kereta api Parung Panjang, Bogor, juga
mengalami hal yang sama. Jefri (10) kerap bermain bersama teman-temannya di
pinggir rel kereta yang melintas dari dan menuju stasiun Tanah Abang. Tidak
hanya bermain melintasi rel kereta api sambil bersenda gurau, mereka juga kerap
bermain dengan melompati tumpukkan batu rel kereta yang teronggok di pinggir
rel kereta tersebut. Di sela-sela
permainannya, mereka mencuci tangan menggunakan air berlumut yang tergenang di
antara rel tersebut.
Juga Rafa (5) dan teman
sebayanya yang terpaksa harus bermain di sebuah halaman kosong. Di sana
terdapat tumpukan pasir, semen, batu-batu, kayu, gerobak, dan mesin pengaduk
semen. Terkadang, mereka menggunakan gerobak dan papan-papan kayu sebagai
mainan jungkat-jungkit.
Inilah ruang publik versi
mereka. Kerinduan mereka terhadap lapangan hijau bisa terobati. Walau seperti
itu, ruang bermain selalu mereka dambakan.