0
PRASYARAT RETORIS (ORGANIS DAN BAHASA)
PRASYARAT
ORGANIS
1.
Pernafasan
dan Teknik Bernafas
Pada
zaman dahulu, ketika orang masih banyak menjalankan kerja fisik yang berat,
mereka umumnya juga melakukan lebih banyak gerakan fisik; dan karena lebih
banyak berjalan kaki dan berlari, mereka bernafas lebih dalam dan dengan itu
lebih baik. Dewasa ini, manusia makin tergesa-gesa, sehingga ia juga tidak lagi
bernafas dalam. Orang sering tidak menarik nafas secara dalam. Di daerah
industri, banyak orang yang mendapat kesulitan dalam bernafas, sehingga membutuhkan
pertolongan dokter. Banyak orang zaman sekarang tinggal atau bekerja di dalam
kantor dan kurang bergerak sehiingga tidak lagi menarik nafas secara mendalam.
Orang tidak tahu lagi bagaimana harus menarik nafas secara tepat dan sehat.
Yang menarik ialah bahwa semua orang pada waktu tidur , secara otomatis menarik
nafas secara tepat. Hanya anak kecil yang masih menguasai teknik bernafas
secara tepat dan sehat.
KNOWLES,
pemimpin sekolah pernafasan di Ingggris mengatakan, “Kita pasti tidak
menghendaki bahwa ada bensin kotor, gas yang kotor atau hal-hal yang serupa
masuk ke dalam mobil, karena akan merusakkan motor itu. Namun udara kotor yang
kita hirup yang merusakkan organ-organ tubuh kita, tidak kita hiraukan. Zat
pembakar itu sangat penting bagi jutaan sel di dalam tubuh kita. Oleh karena
itu, kalau kita bernafas tepat dan benar kita sudah berada di jalan hidup
yang lebih alami dan lebih sehat.
A.
Proses
Pernafasan
Cara Bernafas:
1)
Pernafasan
Dada
2)
Pernafasan
Perut
3)
Pernafasan
sisi dari rongga perut dan dada
4)
Pernafasan
dalam (dan penuh): kombinasi dari pernafasan dada, perut, dan sisi rongga dada
dan perut.
Dalam
retorika dibutuhkan teknik pernafasan yang tepat, karena pernafasan yang tepat
dan baik adalah prasyarat untuk berbicara. Ia adalah motor dari pembicaraan.
Pernafasan yang dangkal akan menuntut terlalu banyak tenaga yang keluar waktu
berbicara. atas dasar itu, dapat dikatakan bahwa tanpa pernafasa yang tepat
maka tidak dapat juga orang berbicara baik.
B.
Teknik
Bernafas Pada Awal dan Selama Berpidato
Hembuskan nafas sedalam mungkin
sebelum anda berbicara atau berpidato! Sebelum mulai berbicara, anda perlu
menghembuskan nafas, supaya udara kotor dalam paru-paru dikeluarkan, dan
paru-paru dikosongkan, sehingga ada cukup tempat untuk udara baru yang segar.
Ini akan mengakibatkan kata-kata atau kalimat pertama yang diucapkan kedengaran
jelas; juga mengucapkannya anda tidak tergesa-gesa.
Bila anda bernafas secara dalam,
maka dalam satu menit anda akan bernafas sebanyak delapan kali. Pernafasan yang
tidak dalam akan berjumlah 14-18 kali dalam satu menit. Untuk membawakan
pidaato atau ceramah perlu sejumlah besar udara yang masuk ke dalam paru-paru.
Oleh karena itu, teknik bernafas secara dalam harus dikuasai, sampai proses itu
bisa berjalan secara otomatis.
C.
Latihan-Latihan
(Untuk Mengurangi Ketegangan)
Ã
Duduklah
tegak lurus.
Ã
Kedua
pundak harus longgar dan bebas; kedua telapak tangan diletakkan di atas perut.
Ã
Mulut
ditutup, lalu tariklah nafas perlahan-lahan melalui hidung. Tariklah nafas
sedalamm mungkin , sampai seluruh rongga perut diisi udara. Perut aan menjadi
besar dan terdorong ke depan.
Ã
Tariklah
nafaas terus sampai seluruh rongga dada menjadi penuh dengan udara. (Bila ada
kesulitan pada permulaan, berhenti
sejenak; lalu mulai lagi dari awal)
Ã
Bila
seluruh rongga perut dan dada sudah penuh berhentilah menarik nafas. Tahanlah
nafas beberapa saat, lalu hembuskan perlahan-lahan melalui hidung.
Benar atau tidaknya teknik bernafas
ini dapat dikontrol. Taruhlah kedua telapak tangan pada perut. Jari tengah kiri
kanan bersentuhan pada ujung masing-masing. Kalau teknik bernafas ini tepat,
maka sesudah menarik nafas penuh, kedua jari tengah akan saling berjauhan
beberapa centimeter. Latihan ini dapat diulangi beberapa kali. Pada permulaan
dapat terjadi bahwa orang merasa sedikit pusing. Tetapi lama kelamaan orang
akan merasa segar.
2.
Membina
Suara
A.
Modulasi
Suara
Modulasi
berarti satu perubahan ritmis dari intonasi bahasa dalam hubungan dengan naik
turunnya suara secara sadar. Oleh modulasi, orang dapat berbicara cepat dan
lambat, kuata dan halus, tinggi dan rendah – atau dengan kombinasi dan variasi
sesuai dengan keinginan pembicara – dan di samping itu modulasi juga
mengkarakterisasi siara menjadi ramah, gembira, sedih, hangat, sayu, ironis,
dan lain-lain.
B.
Resonasi
dan Suara
Supaya suara
itu sehat dan kuat dalam berbicara, maka harus dibina lewat resonasi. Ada bagian-bagian
tubuh manusia dapat memberi resonasi yang kuat. Bagian-bagian ini adalah:
-
Seluruh
kerangka tulang tubuh manusia. Tulang itu memberi dan melanjutkan resonasi
suara ke mana-mana, sehingga suara itu menjadi besar dan jelas. Bukan daging
yang memberi resonasi, tetapi tulang.
-
Rongga
kerongkongan.
-
Tengkorak
kepala manusia; tulang dahi, kedua rahang, dan tulang hidung
-
Rongga
dada; bagian tubuh yang memberi resonasi besar.
Bila
seluruh aparat resonasi itu dikerahkan dan dikoordinasi maka getaran suara akan
terasa di seluruh tubuh manusia. Suara akan menjadi jelas dan sehat.
3.
Gerak-gerik
dan Bahasa Tubuh
Gerak-gerik
dan ekspresi tubuh dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia yang paling
dalam dan paling tersembunyi. Berdasarkan penyelidikan di Amerika Serikat
dibuktikan bahwa biji mata manusia akan menjadi besar kalau mata menanggapi
sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakan. Selain itu, ada juga pesan-pesan
yang disadari lewat gerak-gerik tubuh dalam saling hubungan antar manusia.
Untuk
mempertinggi efektivitas pidato, orang harus memperhatikan gerak-gerik tubuh
dan ekspresi anggota tubuhnya. Sesudah memperhatikan hal-hal yang positif dan
negatif dalam gerak-gerik tubuh sendiri, orang bisa berusaha melenyapkan atau
memperbaikinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hubungan gerak dan
ekspresi tubuh:
-
Langkah
yang pendek atau penjang, cepat atau lembat, pasti atau tidak pasti.
-
Sikap
tubuh waktu duduk, berdiri atau berjalan (melangkah)
-
Gerak-gerik,
rasa gugup, ketenangan dan sikap khusus pada diri sendiri waktu berpidato.
PRASYARAT BAHASA
1.
Bahasa
dan Retorika
Bahasa merupakan alat
pengukur nilai seseorang dalam hubungan antar manusia. Untuk mencapai satu
kepribadian yang memancarkan wibawa, dibutuhkan juga format penggunaan bahasa
yang baik dan tepat. Kepastian dan ketepatan dalam menggunakan bahasa sangatlah
menentukan kepastian penampilan dan efektivitas karya.
A.
Pentingnya
Bahasa
Orang dapat kehilangan wibawa dan pengaruh dalam waktu beberapa
menit saja, karena ketidak terampilan dan ketidak tepatan, serta ketidak
becusan dalam membawakan suatu pidato atau pembicaraan. Bahasa yang bersifat
invormatif dapat dibawakan secara menarik dan memukau. Suatu masalah, ide atau
pikiran baru akan berarti dan menjadi penting jika disampaikan dengan bahasa
yang baik. Oleh karena itu berlakulah norma-norma berikut: (1) Bahasa adalah
nafas dari jiwa manusia, (2) Bahasa adalah tanda pengenal materil dari
kepribadian seseorang, dan (3) Bahasa juga akan menjadi kerdil, jika orang
tidak memperdulikannya.
B.
Kesadaran
Berbicara dan Efektivitasnya
Sekitar 95% manusia berbicara tanpa sadar. Berarti mereka tidak menyadari
akibat dari bahasanya, kata-kata yang dipilihnya, susunan kalimatnya, rasa
bahasa, nada monoton dari suaranya, tempo berbicara dan artikulasiya. Seseorang
menjadi tidak sadar dengan bahsa yang digunakan ketika ia terlalu fokus dengan
topik pembicaraannya. Oleh karena itu, seseorang akan terjatuh kedalam bahaya
besar. Itulah sebabnya setiap pembicara harus memiliki kesadaran akan akibat
dari bahasa yang digunakannya.
2.
Ritme
dan Dinamika Bicara
A.
Dinamika
Bicara
Suara adalah penopang dan alat bantu
dalam membina dinamika bicara. Bahasa yang tidak memiliki dinamika akan
memberikan kesan terhadap pembicaranya. Contohnya sebagai berikut, seperti kurang
sumber-sumber pembicaraannya, kurang rasa kepastian, kurang percaya diri, dan memiliki
rasa takut dan cemas
Ketiadaan dinamika dalam berbicara
dan berbahasa akan membawa pengaruh negatif terhadap kewibawaan dan kepribadian
pembicara. Pembicara yang lemah, kaku dan monoton akan menurunkan nilai
kepribadiannya dimata pendengar. Dalam hal ini pembicara sendiri harus melatih
diri dalam membina dinamika bicara sebagai berikut: (1) Memperkuat hembusan
nafas, (2) Memperkuat resonansi dalam tubuh, (3) Mengatur tempo bicara
B.
Ritme
Bicara
Makna kata atau kalimat ditentukan
oleh tanda baca dan teknik pernafasan. Pembicara harus memperhatikan aturan
ritme dalam metrum dan bait. Metrum adalah komponen-komponen yang menentukan
untuk memberi dinamika suatu kata. Bentuk ritme bahasa itu menyebabkan bahasa
yang diucapkan menjadi lebih hidp dan bervariasi dalam irama yang diciptakan.
Ia akan menjadi dasar melodi yang akan memperindah
bahasa yang diucapkan.
3.
Pembendaharaan
Kata
A.
Fungsi
Perbendaharaan Kata
Menurut penyelidikan, orang yang paling terdidik dapat
memahami 12 ribu pengertian. Orang yang terdidik memahami kira-kira 8 sampai 10
ribu pengertian. Orang yang berpendidikan sederhana hanya memahami 6 sampai 8
ribu pengertian dari seluruh perbendaharaan kata. Dari jumlah perbendaharaan
kata-kata yang dipahami secara pasif ini, hanya kira-kira seperlima sampai
seperempat yang dapat dipergunakan secara aktif.
Setiap kata memiliki isi. Isi kata ini menghantar
manusia kepada pengertian. Jadi kata-kata adalah tanda bahasa dari
pengertian-pengertian. Setiap orang harus menguasai pengertian-pengertian dan
kata-kata. Dalam kehidupan praktis, banyak orang yang karena jabatan dan
tugasnya harus mempengaruhi, mensugesti, dan meyakinkan orang lain, dan
semuanya ini hanya mungkin kalau dia memiliki kata dan pengertian yang cukup.
Pengertian dan kata-kata atau perbendaharaan kata yang luas menunjukan tingkat
pendidikan dan volume rohani seseorang
Sebelum kita berbicara, alam bawah sadar kita bekerja.
Pertama-tama insting kita terdorong. Sesudah itu muncul sumber daya, kemauan
dan kehendak, fungsi perasaan dan emosi. Perasaan-perasaan ini mengaktifkan dan
mendorong fantasi kita untuk bekerja.
Dengan bantuan konsentrasi kita mencari kata yang
cocok dan tepat untuk fantasi kita. Sering terjadi kita tidak menemukan kata
yang tepat, sehingga mengucapkan sesuatu yang lain daripada yang dipikirkan dan
dirasakan, oleh karena itu terjadilah banyak salah pengertian.
B.
Memperluas
Perbendaharaan Kata
Kata-kata itu ada bermacam-macam. Ada yang baik,
sangat baik, mulia, halus, sopan, tepat dan indah. Tetapi di samping itu ada
juga kata-kata yang kasar, primitif, menyinggung perasaan, menimbulkan
kejengkelan atau kata-kata murahan. Orang bisa menyelidiki perbendaharaan
kata-katanya dengan jalan merekam pembicaraannya dan sesudah itu mendengarkan
kembali. Orang sendiri akan terkejut waktu mendengar kata-kata yang
dipergunakannya. Tidak hanya itu, tetapi dialektika, suara dan susunan kalimat
yang dipergunakannya akan mengejutkan dia. Itulah sebabnya setiap pembicara
perlu memperluas perbendaharaan kata-katanya. Caranya adalah sebagai berikut:
·
Menyelidiki
perbendaharaan kata-kata lewat bandrecorder
·
Memperhatikan
perbendaharaan kata-kata yang dipergunakan orang lain
·
Membaca buku-buku
yang baik dan bermutu
·
Mendengar pidato
dari para ahli atau orang-orang terkenal
·
Mempelajari
kata-kata baru lalu mempergunakannya
·
Melatih
mempergunakan sinonim kata-kata
·
Melihat dan
mendengarkan aktris-aktris kenamaan
4. Susunan
Kalimat
Kalimat itu dapat bermacam-macam: ada yang pendek,
sederhana, setengah panjang, panjang, rumit dan sulit. Pada abad ke-18, ada
mode untuk menyusun pidato dengan menggunakan kalimat-kalimat yang panjang.
Tetapi dewasa ini, kalimat-kalimat panjang bukan lagi merupakan mode; sebab
kalimat yang panjang menyulitkan pembicara untuk mengatur pernafasan. Setiap
bagian kalimat dapat menjadi penghalang, yang harus ditangkap dan dimengerti
dengan susah payah. Bagi para pendengar, kalimat panjang akan sulit ditangkap
dan dimengerti.
Kalimat-kalimat yang panjang membawa efek negatif.
Oleh karena itu, sebuah pidato sebaiknya mempergunakan kalimat-kalimat yang
pendek.
5. Ketentuan
dan Patokan
·
Susunlah pidato
anda dengan mempergunakan lebih banyak kalimat-kalimat pendek
·
Kurangi atau
tiadakan anak kalimat
·
Jangan terlalu
banyak menggunakan kata-kata penghubung seperti dan, lalu, kemudian, dan
lain-lain
·
Jangan terlalu
sering menggunakan koma
·
Turunkan suara
pada akhir kalimat
·
Dalam satu kalimat
jangan pergunakan lebih dari 10-15 pengertian